Jumat, 15 Februari 2013

kebutuhan manusia dalam ilmu ekonomi


KEBUTUHAN PENGANTAR ILMU EKONOMI OLEH PUTRA WIADNYANA Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Manusia Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia adalah sebagai berikut: a.KeadaanAlam(Tempat) Keadaan alam mengakibatkan perbedaan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Orang yang tinggal di daerah kutub, membutuhkan pakaian yang tebal untuk menahan hawa dingin. Lain halnya dengan kita yang tinggal di daerah tropis, cukup memakai pakaian yang tipis. Oleh karena itu, tampak di sini bahwa keadaan alam dapat mendorong manusia untuk menginginkan barang-barang yang sesuai dengan kondisi alam di tempat yang bersangkutan. b.AgamadanKepercayaan Ajaran agama yang berbeda dapat mengakibatkan kebutuhan yang berbeda pula. Misalnya, penganut agama Islam dilarang makan babi, sedangkan penganut agama Hindu dilarang makan sapi. Hal ini menunjukkan bahwa masingmasing agama memerlukan alat-alat pemenuhan kebutuhan tertentu yang harus dipakai dalam menjalankan ibadah. Selain itu dalam hal perayaan keagamaan, masing-masing agama atau kepercayaan berbeda-beda, sehingga kebutuhan akan barang juga berbeda. Misalnya pada saat menjelang hari raya Idul Fitri, kebutuhan akan pakaian muslim akan meningkat tajam. Berbeda halnya ketika hari raya Natal tiba, orang-orang Nasrani membutuhkan pohon Natal dan bingkisan-bingkisan Natal. Dengan demikian masing-masing agama atau kepercayaan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. c. Adat Istiadat Adat atau tradisi yang berlaku di masyarakat sangat memengaruhi kebutuhan hidup masyarakat. Alasannya, suatu adat atau tradisi akan memengaruhi baik perilaku maupun tujuan hidup kelompok masyarakat setempat. Akibatnya tradisi yang berbeda akan menimbulkan kebutuhan yang berbeda pula. Misalnya upacara perkawinan. Pelaksanaan upacara antardaerah akan berbeda-beda. Upacara pernikahan di Jawa Tengah dengan di Sumatra Barat akan memiliki ritual yang berbeda, sehingga kebutuhannya pun akan berbeda pula. d. Tingkat Peradaban Makin tinggi peradaban suatu masyarakat makin banyak kebutuhan dan makin tinggi pula kualitas atau mutu barang yang dibutuhkan. Pada zaman purba, kebutuhan manusia masih sedikit. Namun seiring berkembangnya peradaban, kebutuhan manusia semakin banyak. Manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya agar mencapai kemakmuran. Dahulu manusia tidak membutuhkan sepeda motor, namun sekarang sepeda motor menjadi kebutuhan yang sangat penting, karena dapat mengefisienkan waktu sampai tempat tujuan. Selain itu cita rasa kebutuhan manusia modern juga semakin meningkat. Manusia menuntut kualitas tinggi dari barang-barang atau jasa yang dibutuhkan. Dengan demikian membuktikan bahwa perkembangan peradaban akan menyebabkan kebutuhan akan berkembang dan beragam. Ciri-ciri Barang Barang yang sering kita gunakanuntuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : • Berwujud • Memiliki nilai dan manfaat yang dapat dirasakan saat digunakan • Bila digunakan, nilai, manfaat dan bendanya sendiri dapat berkurang atau bahkan habis Macam-macam barang Macam barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Menurut cara memperolehnya Menurut cara memperolehnya, barang dapat dikelompokan menjadi: • Barang bebas, yakni barang yang untuk memperolehnya tidak diperlukan pengorbanan. Misal, cahaya matahari dan udara. • Barang ekonomi, yakni barang yang untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan. Misal, makanan dan minuman yang mana diperlukan uang untuk membelinya. Menurut kegunaan Menurut kegunaannya, barang dikelompokkan menjadi: • Barang produksi, yakni barang yang digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Misal, kain yang akan digunakan untuk dijahit menjadi pakaian. • Barang konsumsi, yakni barang yang dapat langsung digunakan dan dikonsumsioleh seseorang. Misal, Pakaian yang bisa langsung digunakan. Menurut proses pembuatan Menurut proses pembuatannya, barang dikelompokan menjadi: • Barang mentah, yakni barang yang belum mengalami proses produksi. Misal, kapas, kayu, rotan, padi, tembakau, kulit. • Barang setengah jadi, yakni barang yang sudah melalui proses produksi akan tetapi belum siap pakai. Misal, benang yang dibuat dari kapas untuk dibuat menjadi kain. • Barang jadi, yakni barang yang sudah melalui proses produksi dan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan. Misal, sepatu, pakaian, roti dan sebagainya. Menurut hubungan dengan barang lain Menurut hubungannya, barang dibagi menjadi: • Barang Substitusi, yakni barang yang dapat mengganti fungsi barang yang lain. Contohnya: lampu neon yang dapat menggantikan fungsi dari lampu pijar sebagai penerangan. • Barang komplementer, yakni barang yang dapat melengkapi fungsi dari barang lainnya. Contohnya: Bensin yang dapat melengkapi mobil sebagai alat transportasi, tanpa bensin mobil tidak bisa dijalankan. Kegunaan Benda Pemuas Kebutuhan Benda pemuas kebutuhan diciptakan atau diproduksi oleh manusia dengan tujuan tertentu. Dengan kata lain, setiap benda pemuas kebutuhan pasti mempunyai nilai guna atau manfaat. Pada dasarnya, semua benda pemuas kebutuhan manusia berasal dari alam, karena yang menyediakan semua bahan bakunya adalah alam. Manusia selalu berusaha untuk mencari dan mengumpulkan bahan baku yang dibutuhkan dari alam. Kegunaan benda pemuas kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi empat macam: • Kegunaan bentuk (form utility). Artinya, peningkatan kegunaan dari suatu benda yang disebabkan oleh perubahan bentuknya. Sebagai contoh, nilai guna dari sebuah lempengan besi relatif rendah, namun kalu lempengan besi tersebut ditempa dan diubah bentuknya menjadi sebtang pipa atau sebilah pisau, maka nilai gunanya akan menjadi lebih besar. Begitu pula dengan kayu yang masih berbentuk sebatang pohon akan meningkat kegunaannya bila diubah menjadi meja, kursi, atau lemari. • Kegunaan tempat (place utility).Artinya, pertambahan kegunaan benda antara lain dapat karena dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain. Sebagai contoh: kapal laut akan berguna di laut daripada di daratan, sebuah mantel yang tebal tidak banyak gunanya jika dipakai di daerah tropis atau panas, namun bila dipakai di daerah dingin maka akan lebih terasa manfatnya. • Kegunaan waktu (time utility).Artinya, kegunaan suatu benda akan bertambah jika dipakai pada waktu yang tepat dan sesuai dengan manfaat benda tersebut. Sebagai contoh, payung akan lebih berguna jika dipakai pada waktu hujan atau saat terik. Begitu juga dengan obat flu yang hanya akan berguna bila diminum pada waktu kita sakit flu. Di luar waktu tersebut, benda itu kurang berguna. • Kegunaan kepemilikan (ownership utility). Artinya, kegunaan suatu benda baru terasa jika telah ada pemiliknya atau dimiliki oleh konsuman yang tepat. Sebuah tanah yang kosong danterbengkalai tidak akan memiliki manfaat. Tanah tersebut baru membawa manfaat bila dimiliki dan diolah manusia yang bisa mengelola tanah tersebut. Di tangan seorang supir atau dokter yang tidak bisa mengelola tanah, tanah itu tetap tidak ada gunanya. Begitu juga dalam hal jasa. Biro jasa pembuat SIM tidak ada gunanya bagi anak kecil, namun memiliki banyak manfaat bagi orang yang ingin membuat SIM.

Selasa, 12 Februari 2013

Anatomi dan fisologi ternak

Anatomi dan Fisiologi Ternak PENDAHULUAN Pada dasarnya diktat ini hanya memuat inti pokok dari kandungan pelajaran fisiologi yang secara lengkap diberikan pada level yang lebih advance. Namun demikin sedikit uraian dari hal-hal yang paling prinsip pada setiap bab disajikan secara jelas karena disertai dengan gambar-gambar dan skema yang sangat membantu pemahaman secara menyeluruh. Mungkin akan menjadi masalah apabila dipahami secara individual, terutama bagi mahasiswa yang dasar pengetahuannya masih kurang, tetapi dengan penjelasan yang dibawakan dengan model diskusi di kelas semoga kendala tersebut dapat teratasi. Untuk itu diharapkan kepada seluruh mahasiswa dapat mengukuti acara perkuliahan secara lengkap. Hal ini bertujuan sesuai dengan hakikat ilmu faal (fisiologi) itu sendiri, bahwa ilmu ini mengajarkan mekanisme kerja bukan hanya definisi dan anatomi dari organ yang ada di dalam makhluk hidup. Terkait dengan definisi tersebut, sehingga sistim evaluasi yang dipakai utamanya ditujukan agar mahasiswa dapat benar-benar menguasai mekanisme kerja dari organ atau sistim yang tercakup dalam materi kuliah, sehing bentuk essai adalah yang paling utama baik dalam quiz, mid maupun ujian utama. Diktat dasar fisiologi ini dimulai bab I tentang sel dan transport molekul yang merupan dasar dari bab-bab berikutnya. Artinya dari perkuliah bab I pada bab II dan seterusnya juga akan dijumpai hal yang sama dari perkuliahan sebelumnya. Perlu diketahui juga bahwa antara bab yang satu dengan yang lain dalam fisiologi akan selalu ada kaitan/hubungannya karena fisiologi pada dasarnya adalah mempelajari sebuah sistem yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Akhirnya, sekali lagi disarankan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini untuk secara baik mengikuti setiap perkuliahan dan juga dapat mendalami dari berbagai sumber terkait baik sebelum maupun setelah acara perkuliahan. Semoga sukses dan dapat menjadikan pengetahuan dari diktat ini sebagai dasar untuk memahami mata kuliah lain di lingkup Fakultas Peternakan Unja. BAB I: SEL Bagian-bagian Sel Sel dikelilingi oleh membran plasma yang di dalamnya terdapat cairan sel yang disebut sitoplasma. Di dalam sel terdapat berbagai macam organela termasuk yang dalam bentuk filamen, juga terdapat inti sel (Gambar 1.1). Organela tersebut ada yang mempunyai membran dan ada yang tidak. Sel membelah baik pada bagian sitoplasma maupun pada inti selnya. Gambar 1.1. Sel dan bagian-bagiannya Dinding Sel Dinding sel yang mengelilingi bagian organela, mengatur perpindahan molekul dan ion dari luar ke dalam sel atau sebaliknya. Membran sel tersebut tersusun oleh bimolecular lipid bilayers (dua lapis molekul lemak), utamanya adalah phospolipid yang padanya terangkai/terdapat molekul protein. Adanya protein terangkai ini memungkinkan beberapa jenis molekul/ion dapat melewati membran tersebut karena diantaranya membentuk pori-pori/kanal (Gambar 1.2). Sedangkan fungsi utama lemak bilayer adalah mencegah perpindahan sebagian besar jenis molekul menembus membran dinding sel tersebut. Perpindahan molekul nonpolar menembus dinding sel yang terdiri lipid bilayer (dua lapis lemak) lebih cepat dibandingkan molekul polar sebab molekul nonpolar terlarut pada bagian nonpolar lipid yang berada di bagian luar membran sel (lihat Gambar 1.2). Cairan di dalam tubuh kita dibagi menjadi cairan intraseluler/sitosol (di dalamsel) dan cairan extraseluler (di luar sel). Cairan extraseluler dibedakan menjadi cairan interseluler/interestisial yang letaknya di luar sel dalam suatu jaringan, jumlahnya kurang lebih 80% dari cairan extraseluler, dan sisanya 20 % dalam bentuk plasma darah, murni disebut cairan extraseluler. Gambar 1.2. Struktur dinding sel phospolipid bilayer (non-polar bagian luar dan polar bagian dalam) dan protein terangkai pada dinding sel tersebut. Perpindahan molekul nonpolar menembus dinding sel yang terdiri lipid bilayer (dua lapis lemak) lebih cepat dibandingkan molekul polar sebab molekul nonpolar terlarut pada bagian nonpolar lipid yang berada di bagian luar membran sel (lihat Gambar 1.2). Ada tiga jenis junktion membran (sambungan) yang menghubungkan antara sel satu dengan lainnya: 1. Desmosome; menghubungkan antar sel dengan sekedar tersambung (hubungannya sangat lemah. 2. Tight junction; pada sel-sel epithel, misal sel kulit, menghubungkan antar sel dengan sangat rapat sehingga sangat membatasi molekul melewati ruang extraseluler. 3. Gap junction; menghubungkan antar 2 sel dengan kanal sehingga kedua sitoplasma sel tersebut saling berhubungan. Organela Sel 1. Inti sel (nucleus); di dalam inti sel terdapat inti-inti sel (nucleolus) yang tersusun oleh molekul DNA, RNA dan protein lainnya. Di nucleolus ini ribosome terbentuk yang selanjutnya keluar menuju sitoplasma dimana sintesis protein terjadi. Pada inti sel yang merupakan tempat terbentuknya benang-benang khromatin dari DNA atau protein untuk membentuk khromosom sebagi tempat informasi genetik pada saat sel membelah. Gambar 1.3. Inti sel (nucleus) dan bagian-bagiannya 2. Retikulum endoplasma; seperti lembaran yang melipat-lipat dan diantaranya membentuk rongga (tubule), dan terdapat ribosome sebagai kantong protein yang dikeluarkan dari inti sel (Gambar 1.4) Gambar 1.4. Retikulum endoplasma dan bagian-bagiannya 3. Ribosoma; tersusun oleh RNA dan protein/asam amino, disinilah sintesis protein terjadi setelah menerima informasi genetik (m-RNA) dari inti sel. 4. Badan golgi (golgy apparatus); menyeleksi protein yang telah disintesis dan menampungnya/mensekresikan keluar sel. 5. Mitokondria; merupakan tempat utama dimana energi kimia terbentuk dan diubah menjadi ATP sebagai sumber utama kebutuhan energi sel/jaringan itu sendiri (Gambar 1.5). Gambar 1.5. Mitokondria dan bagian-bagiannya. 6. Lisosome; mencerna (digest) partikel-partikel berbahaya/tidak berguna yang ada/ masuk ke dalam sel, seperti bakteri. 7. Peroxisoma; menghancurkan senyawa beracun tertentu yang berasal dari oksigen sebagai salah satu unsur pembentuknya. 8. Sitoplama (cairan sel); diantaranya terdiri dari filamen-filamen (benang) yang disebut sitoskeleton: mikrofilamen, intermediate filamen, muscle thick filamen dan mikrotubules. Perpindahan Molekul/Ion Melewati Dinding Sel 1. Diffusi Adalah perpindahan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain secara acak. Perpindahan ini terjadi dari konsentrasi tinggi ke yang lebih rendah, dan terjadi keseimbangan atau berhenti (no net diffusion) setelah kedua tempat tersebut konsentrasinya sama (Gambar 1.6). Diffusi ion mineral melewati membran/dinding sel adalah melalui kanal/pori-pori/lubang yang terbentuk dari senyawa protien yang terintegrasi/terangkai pada membran sel (Gambar 1.7). Kecepatan ion melewati membran sel ditentukan oleh perbedaan konsentrasi ion tersebut di luar dan di dalam sel, dan juga ditentukan oleh potensial membran itu sendiri. Proses diffusi bisa berlangsung terus atau berhenti yang diatur oleh keberadaan kanal/pori-pori tersebut yang dapat membuka dan menutup. Gambar 1.6. Proses perpindahan molekul/ion dengan cara diffusi. Gambar 1.7. Pori-pori/ kanal pada membran sel bilayer dan proses diffusi ion. 2. Sistim Transport Media (Mediated/Faciliated-Transport System) Sistim transport ini digunakan untuk memindahkan molekul melewati membran sel yang melibatkan/menyertakan protein carrier (protein pembawa/tumpangan) yang berada pada dinding sel itu sendiri. Dengan cara merubah formasi/posisi protein pembawa tersebut, molekul dapat dipindahkan ke posisi yang lain (Gambar 1.8). • Protein carrier mempunyai jumlah dan derajat kejenuhan tertentu, sehingga kecepatan dan jumlah molekul berpindah dengan sistim ini juga sangat ditentukan oleh jumlah dan derajat kejenuhan protein pembawa tersebut; semakin tinggi derajat kejenuhannya dan semakin banyak jumlahnya, maka semakin cepat/banyak jumlah molekul yang dapat dipindahkan melewati membran sel tersebut. Selanjutnya sistim ini dibedakan menjadi: • Faciliated diffusion; secara khusus dikatakan dengan istilah diffusion, artinya bahwa perpindahan molekul adalah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, tetapi disisi lain proses ini bisa terjadi jika difasilitasi oleh adanya adanya protein pembawa (protein carrier). Perlu diketahui bahwa energi tidak diperlukan dalam proses pemindahan molekul dengan menggunakan sistim ini. Gambar 1.8. Model sistim transport media (mediated-transport system) • Active transport (transport aktip); sistim transport/pemindahan molekul/ion terjadi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi, sehingga diperlukan energi (Gambar 1.9). Sistim transport ini bisa terjadi dengan bantuan energi yang digunakan untuk merubah derajat ikat molekul (affinity) menjadi lebih tinggi pada sisi dimana molekul/ionnya akan dipindahkan, dan di sisi lain (pada bagian yang konsentrasi molekul/ionnya tinggi) mempunyai affinity lebih rendah. Transport aktip ini dibagi menjadi: o Transport aktip primer (primary active transport); protein carier membutuhkan ATP untuk merubah daya ikatnya terhadap molekul yang akan dipindahkan (Gambar 1.9.). o Transport aktip sekunder (secundary active transport); sistim ini membutuhkan/memanfaatkan molekul/ion lain (biasanya natrium) untuk merubah daya ikat protein carrier (Gambar 1.10). Pada sistim ini perpindahan molekul yang digunakan untuk merubah daya ikat (affinity) harus pada kondisi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sedangkan arahnya bisa dari posisi dimana molekul yang akan dipindahkan rendah konsentrasinya sehingga disebut cotransport atau dari posisi dimana molekul yang akan dipindahkan tinggi konsentrasinya sehingga disebut countertransport. Pada gambar 1.10 adalah merupakan contoh transport aktif tipe cotransport. Pada gambar tersebut ion natrium adalah yang akan merubah affinity dari protein pembawanya. Konsentrasi natrium yang tinggi Gambar 1.9. Transport aktip primer (primary active transport). merubah affinity protein pembawa tersebut, sehingga affinity pada sisi luar menjadi tinggi dan sebaliknya rendah pada sisi dalam membran sel. Molekul gula yang akan dipindahkan terlihat konsentrasinya rendah pada bagian luar dan tinggi di dalam sel (sitoplasma). pda bagian luar sel sehingga dapat berdifusi masuk ke dalam sel sambil Gambar 1.10. Transport aktip sekunder tipe cotransport. 3. Osmosis Adalah perpindahan molekul air dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah yang dipisahkan oleh dinding semipermiabel (hanya dapat dilalui oleh molekul tertentu). Pada osmosis, dinding semipermiabel tersebut dapat dilalui oleh molekul air (permiabel untuk air) tetapi tidak dapat dilalui (nonpermiable) oleh molekul/ion yang lain; Gambar 1.11). Gambar 1.11. Bagaimana proses osmosis terjadi. Osmolarity adalah total konsentrasi zat terlarut dalam pelarut (air). Semakin tinggi osmolarity suatu larutan berati semakin rendah konsentrasi airnya, dan sebaliknya. Jadi apabila ada dua buah tempat yang dipisahkan oleh dinding semipermiabel maka air akan berpindah dari tempat yang mempunyai osmolarity rendah ke tempat yang mempunyai osmolarity tinggi (lihat gambar 1.11). Sebuah sel yang ditempatkan pada larutan yang hipotonik (osmolaritinya lebih rendah dibandingkan osmolariti cairan di dalam sel) maka sel tersebut akan mengembang/membesar yang mungkin dapat sampai pecah karena air masuk ke dalam sel. Sebaliknya apabila sebuah sel dimasukan ke dalam larutan yang hipertonik (osmolaritinya lebih tinggi dibandingkan osmolariti cairan di dalam sel) maka sel tersebut akan mengkerut/mengecil karena air keluar dari dalam sel. Sedangkan apabila sebuah sel dimasukan dalam larutan yang isotonik (osmolaritinya sama dibandingkan osmolariti cairan di dalam sel) maka tidak terjadi perubahan/tetap karena osmolariti larutan di dalam sel dan di luar sel adalah sama. 4. Endositosis adalah perpindahan molekul dari luar sel (ekstraseluler) ke dalam sel dengan cara melekatkan ke dingding sel, kemudian dinding sel tersebut melekuk ke dalam bersamaan dengan molekul/zat yang akan dipindahkan, sedangkan eksositosis adalah kebalikannya (Gambar 1.12 dan 13). Endositosis dan Eksositosis Gambar 1.12. Proses endositosis Gambar 1.13. Proses eksositosis. BAB II: SYARAF Pembagian Sistim Syaraf I. Sistim Syaraf Pusat a. Otak b. Sunsum tulang belakang II. Sistim Syaraf Tepi a. Bagian afferent (menuju syaraf pusat/interneuron dari reseptor) b. Bagian efferent (ke luar dari syaraf pusat/interneuron menuju efektor) i. Sistim syaraf somatik ii. Sistim Syaraf autonomik o Syaraf simpatik o Somatik terdiri satu sel syaraf dari syaraf pusat menuju organ efektor (tempat terjadi reaksi) yaitu sel otot lurik, sedangkan autonomik terdiri dari dua rangkaian sel syaraf dari syaraf pusat menuju ke organ efektor seperti otot polos dan otot jantung, dan berbagai macam kelenjar dan saluran pencernaan. Syaraf parasimpatik Gambar 2.1. Sel syaraf dan bagian-bagiannya Potensial Membran Adalah potensial membran yang disebabkan oleh perbedaan muatan positip dan negatip yang ada disekitar sel baik pada extra maupun intraselluler. Perbedaan muatan ini apabila bertemu da[pat untuk melakukan suatu kerja sehingga disebut potensial listrik menyebabkan. Karena letaknya pada membran sel disebut potensial membran. Sebagai satuan yang digunakan adalah volt atau satuan yang lebih kecil 1 mV = 0,001 volt. 1. Potensial membran istirahat (mrp) adalah suatu kondisi normal/istirahat (tidak ada rangsangan) yang ditandai dengan muatan negatif yang disebabkan oleh perbedaan muatan di dalam sel yang lebih besar muatan negatipnya dibandingkan dengan muatan diluar sel yang bermuatan positip. Besarnya bervariasi antara -5 sampai -100 mV. Gambar 2.2. Hubungan antara sistim syaraf pusat dan syaraf tepi (somatik dan autonomik) Gambar 2. 3. Beda potensial (mV = milivolt) antara intraseluler dan extraseluler yang diukur dengan oscilloscope (mrp = resting membrane potential = potensial membran istirahat). Kondisi mrp bisa dipertahankan karena: o Perbedaan konsentrasi ion-ion tertentu antara intraseluler dengan extraseluler (Tabel 2.1). o Adanya pompa Na, K-ATP pada membran sel syaraf yang secara aktip memompa ion Na+ keluar sel dan ion K+ masuk ke dalam sel (Gambar 2. 4). Kondisi ini menyebabkan konsentrasi ion Na + dan ion Cl- lebih tinggi pada extraseluler, dan K+ lebih tinggi di dalam sel. asuk Tabel 2.1. Penyebaran beberapa ion pada sel syaraf pada kondisi mrp Ion Konsentrasi, mmol/liter Extraseluler (di luar sel) Intraseluler (di dalam sel) Na + 150 15 Cl - 110 10 K + 5 150 Gambar 2.4. Pompa Na+ dan K+ pada membran sel syaraf yang aktip memompakan Na+ keluar sel dan K+ ke dalam sel. Selanjutnya, perubahan potensial membran istirahat akibat adanya rangsangan dibedakan menjadi: depolarisasi apabila perubahan potensial membran berkurang muatan negatipnya karena adanya ion positip (Na+) yang masuk ke dalam sel. Setelah sampai pada titik maksimal yang ditandai keluarnya Na+ atau bahkan K+ sehingga potensial membran kembali ke potensial istirahat (bergerak ke arah/lebih negatip) disebut repolaridasi. Akhirnya proses repolarisasi memcapai titik resting potential, tetapi tidak berarti akan berhenti begitu saja pada titik ini. Kemungkinan terbesar adalah akan terus turun menjadi lebih negatip lagi di bawah potensial istirahat. Kondisi ini disebut hiperpolarisasi. 2. Graded Potential Perubahan potensial listrik pada dinding sel dalam bentuk depolarisasi, repolarisasi dan hiperpolarisasi membentuk amplitudo yang besarnya berbeda-beda (bervariasi) antara amplitudo yang satu dan yang berikutnya, biasanya semakin mengecil dan menghilang, sehingga disebut graded potential (graded = bervariasi). Hal ini Gambar 2.5. Tahapan terjadinya aksi potensial pada sel syaraf Aksi potensial dimulai dengan adanya rangsangan yang menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu masuknya ion Na+ ke dalam sel, sehingga mencapai batas threshold* dan selanjutnya diikuti repolarisasi dengan keluarnya ion K+ terjadi apabila rangsangan yang menyebabkan terjadinya perubahan potensial membran sangat kecil, sehingga perubahan potensial tersebut juga sangat kecil dan sifatnya lokal atau tidak merambat sepanjang sel syaraf. Ini yang membedakan dengan potensial aksi. Gambar 2.6. Perubahan muatan listrik (potensial membran ) pada aksi potensial. 3. Action Potential (Potential Aksi) dari dalam sel (Gambar 2.5 dan 6). Sekali terjadi aksi potensial maka akan terulang terus yaitu merambat sepanjang sel syaraf atau disebut action potential propagation. *) threshold/ambang batas yaitu kondisi besarnya potensial membran pada saat pertama kali terjadinya pertukaran ion-ion dari luar sel ke dalam sel dan pada saat ini aksi potensial dimulai dan terus mengulang secara berkelanjutan. Sinapsis Yaitu pertemuan/sambungan antara satu sel (pada bagian pre-sinapsis) dengan sel syaraf berikutnya (pada bagian post-sinapsis). Informasi/rangsangan/stimuli dari pre-sinapsis ke post-sinapsis diteruskan oleh neurotransmiter atau neuromodulator yang tersimpan dalam sitoplasma sel syaraf (khususnya pada bagian pre-sinapsis). Peranan neurotransmiter bisa memunculkan kembali (excitatory) atau sebaliknya menghambat/menghilangkan (inhibitory) aksi potensial pada post-synapsis. Gambar 2.7. Bermacam-macam jenis sinapsis; (a) axodendritik, antara axon dan dendrit; (b) axoaxonik, antara axon dengan axon; dan (c) dendrodendritik, antara dendrit dengan dendrit. Aksi potensial yang datang pada pre-sinapsis akan menyebabkan perubahan permebilitas membran sel dalam hal ini untuk ion Ca2+ sehingga ion tersebut masuk dalam sel. Ion-ion Ca2+ yang telah ada di dalam sel selanjutnya akan mengaktifkan enzim protein kinase (inaktive protein kinase menjadi aktif protein kinase). Dengan aktifnya enzim protein kinase ini terjadi proses pembentukan protein sinapsin posporilat yang berisi Gambar 2.8. Proses terjadinya pelepasan neurotrasmiter pada sinapsis. neurotransmiter didalamnya. Protein sinapsin posporilat terdampar (docking) pada bagian dinding sel/membran sel dan menyatu (fusion) dengan dinding sel tersebut, dan akhirnya neurotransmiter yang ada di dalanya dikeluarkan dari dalam sel dengan jalan exositosis (Gambar 2.8). Gambar 2.9. Proses neurotransmiter menempel dan bekerja pada membran sel syaraf pada bagian post-sinapsis. Neurotransmiter (acetilkolin; Gambar 2.9) yang terlepas dari membran sel pada bagian pre-sinapsis akan menuju reseptor (binding site) pada membran sel bagian post-sinapsis (bagian a). Selanjutnya asetilkolin menempel pada reseptor (bagian b). Menempelnya asetilkolin pada reseptor ini menyebabkan membukanya kanal ion (ion channel) untuk ion Na+ dan K+. Terbukanya kanal ion ini menyebabkan masuknya ion Na+ kedalam sel dan keluarnya ion K+ dari dalam sel, sehingga aksi potensial berulang atau terjadi kembali, atau sebaliknya neurotransmiter ini bisa berfungsi sebagai penghambat (inhibitor) untuk proses aksi potensial berikutnya. Untuk neurotransmiter yang menghambat, gabungan antara neurotransmitor dan reseptor menyebabkan membukanya kanal ion untuk Cl-. Reflek Gerakan reflek biasanya adalah autonomik atau tidak sadar, organ atau kelenjar bereaksi secara otomatis/tidak disadari. Gerakan reflek ini melibatkan paling sedikit dua sel syaraf yang biasa disebut busur reflek (reflex arc). Dua sel syaraf yang berperan tersebut adalah syaraf afferent atau syaraf sensory (penerima rangsangan) dan syaraf efferent atau syaraf effektor (aksi/reaksi dari rangsangan yang ada). Biasanya satu atau lebih syaraf penghubung (interneuron) antara afferent dan efferent juga bisa terlibat. Sebagi pusat reflek adalah semua bagian syraf pusat (spinal cord dan otak). Reflek spinal adalah contoh yang paling umum untuk menggambarkan gerakan reflek. Sebagai contoh adalah reflek regang (stretch reflex) yang bisa dilakukan dengan jalan mengetok lutut orang lain secara tiba-tiba (tanpa diketahui oleh yang punya lutut), apa yang terjadi ?. Dapat dilihat bagaimana busur reflek terlihat pada gambar 2.10. Sebagi contoh bahwa reflek terjadi tanpa adanya kontrol kesadaran oleh syaraf pusat otak bisa dilihat pada praktek katak spinal. Seekor katak diputus spinal cordnya (katak spinal) pada bagian leher sehingga otak tidak lagi berhubungan dengan spinal cordnya. Setelah menunggu beberapa saat setelah pemutusan, selanjutnya dikenakan berbagai macam rangsangan (cubitan, asam dan setruman arus lemah) pada kakinya yang sifatnya lemah atau hanya memberikan reaksi pada kaki tempat rangsangan. Dari katak spinal dapat dibuktikan bahwa reflek juga dapat terjadi dengan melibatkan antar sel syaraf pusat (spinal cord) bagian kanan dan kiri atau dari bagian atas sampai bawah spinal cord (cervical, thoracic dan lumbar). Caranya yaitu dengan memperbesar rangsangan-rangsangan tersebut, sehingga akan juga terjadi gerakan pada kaki lain yang tidak dikenai rangsangan atau bahkan terjadi reaksi (gerakan) pada semua kaki. Gambar 2.10. Reflek spinal (somatik) yang efektornya adalah otot lurik Disamping otot lurik sebagai efektor seperti pada reflek spinal, kebanyakan reflek justru terjadi secara alami pada syaraf autonomik dengan efektornya adalah otot jantung, kelenjar dan hampir semua organ dalam tubuh. Pada gambar 2.11 di bawah terlihat bahwa makanan yang masuk dalam usus merupakan rangsangan dengan melalui busur reflek menyebabkan usus berkontraksi (gerakan peristaltik). Gambar 2.11. Reflek autonomik yang efektornya otot polos (usus) BAB III: OTOT Ada Tiga Jenis Otot: 1. Otot lurik (skeletal muscle); melekat pada tulang yang secara bersama-sama melakukan gerak. 2. Otot polos (smooth muscle); mengelilingi rongga, seperti pada saluran pencernaan. 3. Otot jantung; merupakan otot jantung. Struktur Otot Lurik dan Serat Otot. dan terang secara bergantian akibat adanya bagian serabut/filamen tebal (thick) dan tipis (thin) pada myofibril. Actin sebagai filamen tipis tertambat satu ujungnya pada Z line pada bagian akhir sarkomer, sedangkan ujung yang lain overlaping dengan filamen tebal myosin pada band A. Otot lurik terdiri serat otot berbentuk silinder (disebut sel otot), dihubungkan/ dilekatkan pada tulang pada tendon di sitiap ujungnya. Otot ini mempunyai bagian gelap Gambar 3.1. Otot lurik dan bagian-bagiannya Mekanisme Kontraksi Kontraksi pada otot melibatkan sel syaraf (syaraf motorik/afferent) sebagai rangkaian yang akan mengirimkan pesan dari afektor atau rangsangan terjadi dalam bentuk aksi potensial ke syaraf pusat dan kembali melalui syaraf efferent ke pusat reaksi (kontraksi/efektor). Aksi potensial yang sampai pada ujung axon sel syaraf (pertemuan sel syaraf dan sel otot; lihat Gambar 3.4) menyebabkan terlepasnya neurotransmiter asetil cholin (Ach). Neurotranmiter ini akan menempel pada reseptor pada membran sel otot dan kanal Na+ dan K+ terbuka, sehingga ion natrium masuk, terjadi depolarisasi dimana proses terjadinya aksi potensial dimulai (lihat bab syaraf). Terjadinya aksi potensian tidak hanya pada sel otot saja tetapi juga merambat pada transverse tubule, dimana aksi potensian ini akan menyebabkan pelepasan ion Ca2+ dari lateral sacs dari sarcoplasmic reticulum. Ca2+ yang ada akan menempel pada troponin Gambar 3.2. Hubungan antara sel otot dan sel syaraf pada mekanisme kontraksi otot. Gambar 3.4. Pertemuan antra sel syaraf dengan sel otot. sebagai bagian dari filamen tipis (gambar 3.6), dan gabungan antara ion kalsium dengan troponin menyebabkan tropomyosin bergeser sehingga tempat menempelnya cross bridge pada actin terbuka. Cross bridge yang berenergi dapat menempel pada bagian aktin yang telah terbuka, dan dengan cara membengkok akan mendorong actin untuk bergerak/bergeser. Setelah ATP (energy) habis maka ikatan cross bridge pada aktin akan lepas, dan ATP yang baru siap menggantikan untuk mengulang terjadinya gerakan cross bridge untuk menempel dan menggerakan aktin, seterusnya proses ini akan terulang sebagai suatu siklus (Gambar 3.7) Gambar 3.5. Sarcoplasmic reticulum Gambar 3.6. Perbesaran filamentipis (actin) dan bagian-bagiannya (troponin dan tropomiosisn), dan filamen tebal (myosin) dengan bagian cross bridgenya. Selanjutnya dapat dilihat gambar 3.7 di bawah sebuah siklus kontraksi pada sel otot, selama ion kalsium ada, dan sekali lagi keberadaan ion kalsium juga tergantung aksi potensial yang ada yaitu oleh adanya rangsangan. Habisnya Ca2+ oleh Ca-ATPase sehingga masuk kembali ke dalam sarcoplasmic reticulum maka tempat melekatnya cross bridge pada tropomiosin akan tertutup kembali, dan otot akan kembali ke posisi relax. Metabolisme Energi dalam Otot Glikogen adalah sebagai sumber utama energi, setelah habis glukosa menggantikannya. Selanjutnya asam lemak dalam darah menjadi sumber utama setelah kedua sumber energi tersebut berkurang/habis setelah otot melakukan kerja cukup lama. Kelelahan (fatigue) terjadi setelah otot bekerja lama. Hal ini disebabkan kondisi asam akibat metabolisme terutama lemak. Gambar 3.7. Siklus kontraksi otot. Sel otot sendiri bisa melakukan posporilase/penambahan pospor dari ADP menjadi ATP sebagai sumber energi. Pada gambar 3.8 berikut nampak bahwa ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi. Sel otot melakukan posporilase/penambahan pospor dari ADP menjadi ATP sebagai sumber energi. Rigor mortis adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi fisik otot pada hewan yang baru mati/dipoting dimana secara fisik menjadi kaku dan apabila dimasak daging keras atau liat (tidak empuk). Hal ini terjadi karena hewan yang mati persediaan ATP secara bertahap berkurang dan akhirnya habis. Tanpa adanya ATP cross bridge bisa menempel pada aktin tapi tidak menghasilkan pergerakan dan tanpa adanya ATP baru, ikatan ini tidak bisa lepas dan baru bisa lepas setelah kurang lebih 48 jam. Gambar 3.8. Posporilase ADP menjadi ATP sebagi sumber energi untuk kontraksi Mekanisme Kontraksi Serat Otot Tunggal Kontraksi identik dengan pergerakan cross bridge menggerakkan aktin seperti pada waktu diskusi sklus pergerakan cross bridge. Pergerakan cross bridge ini menghasilkan perbedaan panjang kontaksi yang tergantung pada besar kecilnya rangsangan yang terjadi, sehingga kontraksi tunggal ini dibedakan menjadi: - Kontraksi isometrik (isometric); menghasilkan tegangan tetapi tidak merubah panjang - Kontraksi bukan isometrik (an-isometric); otot memendek dan memanjang untuk memindahkan beban. - Kontraksi memanjang; beban pada otot lebih besar dari pada kemampuan otot (tension) untuk menahannya. Meningkatnya frekuensi aksi potensial pada sel otot juga akan menyebabkan meningkatnya respon tensi/regangan memendek dan memanjang dari sel otot tersebut sampai pada batas maksimal yang disebut dengan tetanic tension. Maksimal isometrik tensi tercapai pada saat antara aktin dan miosin terjadi overlep atau disebut batas optimal peregangan. Pemaksaan peregangan melebihi batas optimal atau peregangan kurang dari batas maksimal tersebut akan mengurangi panjang sebagai hasil peregangan dan juga menurunkan tegangan pada sel otot (Gambar 3.10). Sedangkan kecepatan otot memendek tergantung pada beban yang dikenakan, semakin besar beban semakin cepat reaksi memendeknya, dan sebaliknya. Berdasarkan kemampuan kecepatan maksimal untuk memendek dan kemam puan membentuk ATP, sel otot dibedan menjadi: 1. Slow-oxidative fibers (serat otot dengan oksidasi lambat); kapasitas oksidasinya besar tetapi aktifitas ATPase pada miosin rendah. 2. Fast-oxidative fibers; kapasitas oksidasinya besar dan aktifitas ATPase pada miosin juga tinggi. 3. Fast-glicolitic fibers; kapasitas glikolitiknya besar dan aktifitas ATPase pada miosin juga tinggi. Mekanisme Kontraksi Otot Keseluruhan (Whole-Muscle Contraction) besarnya tensi, artinya jumlah sel otot yang menerima aksi potensial yang timbul pada sel syaraf mempengaruhi besarnya tegangan sel otot tersebut. Sebagai contoh, sel syaraf yang menuju satu unit jenis sel otot fast-glicolitic yang mempunyai jumlah sel yang banyak per unitnya dan besar diameternya menghasilkan regangan yang besar juga. Regangan (tension) yang terjadi pada kontraksi otot secara kesatuan tergantung pada besarnya tensi yang terjadi pada jumlah sel otot yang ada dan masing-masing besarnya tensi sel otot yang ada. Kesatuan otot yang sama dalam satu unit syaraf juga mentukan Gambar 3.9. a. slow-oxidative fibers, b. fast-oxidative fibers dan c. fast-glicolitic fibers Istilah recruitment dipakai untuk menunjukkan peningkatan besarnya regangan yang dikontrol oleh utamanya peningkatan jumlah sel syaraf pada sel otot. Unit syaraf pada slow oxidative fibers akan bekerja (recruite) terlebih dahulu pada aktivitas/gerakan yang lemah, kemudian secara berurutan meningkat ke unit syaraf pada fast-oxidative fibers dan fast-glicolitic fibers dengan meningkatnya aktivitas kerja yang terjadi pada otot. Kecepatan tegangan (tension) sekali lagi ditentukan oleh beban yang dikenakan pada otot, semakin berat beban yang diangkat misalnya akan menghasilkan kecepatan reaksi peregangan. Gambar 3.10. Tetanic tension, merupakan hubungan aktin dan miosin dalam menghasilkan regangan (tension). Otot Polos Mengapa disebut otot polos karena tanpa garis gelap (daerah Z line pada otot lurik) dan terang secara bergantian, hanya mempunyai satu inti sel dan kemampuan untuk membelah diri. Seperti pada otot lurik, otot polos juga terdiri dari actin dan miosin, untuk terjadinya kontraksi dalam mekanisme sliding-filamen (saling bertautan). Mekanisme kontraksi terjadi dengan diawali masuknya Ca2+ dalam sel dan bergabung dengan calmodulin yang ada. Gabungan antra kalsium-kalmodulin kemudian berikatan dengan enzim myosin light-chain kinase sehingga enzim tersebut menjadi aktip. Aktipnya enzim ini dengan bantuan ATP berguna untuk proses posporilase cross bridge miosin. Pada otot polos hanya miosin yang sudah mengalami posporilase dapat berikatan dengan actin untuk melakukan siklus kontraksi seperti yang terjadi pada otot lurik. Dua sumber Ca2+ pada sitoplasma (cairan dalam sel) yang kemudian untuk memulai terjadinya kontraksi berasal dari sarkoplasma retikulum (sarcoplasmic reticulum; lihat Gambar 3.5) dan berasal dari extra selluler, melalui proses aksi potensial pada dinding sel otot polos sehingga kanal/pori-pori untuk Ca2+ terbuka. Ketersediaan kalsium tidak secara otomatis memulai mengaktifkan proses sehingga cross bridge bisa menempel pada aktin, seperti yang terjadi pada otot polos, tetapi harus ada senyawa tertentu (hormon, neurotransmiter, muatan listrik dsb) sehingga mulai terjadi mekanisme siklus kontraksi. Perbedaan lain dengan otot lurik bahwa otot polos dapat memulai aksi potensial secara otomatis/spontan karena otot polos tidak mempunyai lokasi khusus pertemuan dengan sel syaraf. Satu sel otot polos dapat mempunyai lebih dari satu akhir axon sel syaraf yang dapat melepaskan neurotransmiter untuk dapat menghambat atau meneruskan aksipotensial. Sel otot polos dapat berupa sel tunggal sebagai unit tunggal untuk melakukan kerja atau berupa kelompok sebagai multi unit. Skema pada gambar 3.11 berikut merupakan perbedan siklus kontraksi antara otot polos dan otot lurik. BAB IV: ENDOKRIN Endokrinologi merupakan bagian dari Fisiologi yaitu mempelajari hormon/ senyawa kimia yang berfungsi sebagi pembawa pesan (chemical messager) yang disekresikan oleh kelenjar endokrin (kelenjar tanpa saluran/ductless gland) dan jaringan tertentu yang berfungsi mengatur aktivitas sel/jaringan lain di dalam tubuh. Stuktur Hormon dan Sintesisnya 1. Hormon amine, termasuk hormon ini adalah hormon tiroid (tiroksin dan triiodotironin) dan katekolamin (epineprin/adrenalin dan norapineprin/ noradrenalin) yang disekresikan oleh kelenjar medulla adrenal. 2. Hormon steroid, diproduksi dari kholesterol oleh kortek adrenal, kelenjar gonad (ovari dan testis) dan plesenta pada waktu hamil. Hormon yang diproduksi oleh kortek adrenal adalah aldosteron, kortisol dan androgen. Sedangkan hormon yang dihasilkan oleh ovari adalah estradiol dan progesteron, dan yang dihasilkan oleh testis adalah testoteron. 3. Hormon peptida/protein, merupakan mayoritas hormon yang ada di dalam tubuh, selain hormon-hormon tersebut di atas. Hormon peptida dan amine terlarut dalam air, sedangkan hormon steroid sebaliknya tidak terlarut dalam air, beredar keseluruh tubuh terikat oleh protein. Hormon yang telah digunakan atau tidak digunakan dihancurkan oleh hati dan ginjal kemudian diekskresikan (dikeluarkan) dari dalam tubuh. Pada prinsipnya setelah disekresikan beberapa jenis hormon akan dimetabolisme menjadi molekul yang lebih aktip pada sel/jaringan/organ target. Tabel 4.1. Beberapa kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan serta fungsinya Endokrin dan hormon yang dihasilkan Fungsi 1. Hipotalamus - Releasing hormon (RH) Sekresi hormon oleh anterior pituitaria. - Oxytocin Milk let down (keluarnya air susu) dan kontraksi uterus. -Vasopresin (ADH=antidiuretic hormone) Exkresi air oleh ginjal dan tekanan darah. 2. Anterior pituuitaria - Hormon pertumbuhan/GH (growth hormone/ Somatotropin) Pertumbuhan: sekresi IGF-I (insuline growth factor-I) dan metabolisme - Thyroid-stumalating hormone (TSH/thyrotropine) Sekresi hormon dari kelenjar tiroid Endokrin dan hormon yang dihasilkan Fungsi 2. Anterior pituuitaria (lanjutan…..) - Adrenocorticotropic hormone (ACTH) Sekresi hormon dari kortek adrenal - Prolaktin Pertumbuhan kelenjar susu dan sintesis susu - Hormon gonadotropin: FSH (follicle stimulating hormon dan LH (luteinizing hormone) produksi gamet dan sekresi hormon reproduksi 3. Posterior pituitaria - Hanya sebagai penampung hormon dari hypothalamus (oxytocin dan vasopresin) 4. Kortek adrenal - Kortisol Metabolisme, reaksi terhadap stress dan sistim kekebalan tubuh - Androgen Rangsangan sex pada betina - Aldosteron Ekskresi Na+, K+ dan asam oleh ginjal 5. Medula Adrenal - Epineprin (adrenalin) dan Norapineprin (Noradrenalin) Metabolisme, fungsi jantung dan reaksi terhadap stress 6. Tiroid - Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) Metabolisme, pertumbuhan dan fungsi otak - Kalsitonin Mengatur plasma kalsium 7. Paratiroid - Hormon paratiroid (parathormon=PTH=PH) Mengatur plama kalsium dan pospat 8. Ovari (gonad betina) - Estrogen Sistim reproduksi, kelenjar susu dan pertumbuhan - Progesteron - Inhibin Menghambat (inhibit) sekresi FSH - Relaxin Relaksasi ligamen servix dan pubik 9. Testes (gonad jantan) - Testoteron Sistim reproduksi dan pertumbuhan - Inhibin Menghambat sekresi FSH - Mullerein-inhibiting hormone Regresi saluran Mullerein 10. Pankreas - Insulin, glukagon, somatostatin dan pancreatic polipeptida Metabolisme dan kadar gula plasma 11. Ginjal - Renin – angiotensin II Sekresi aldosteron dan tekanan darah - Erythropoietin Produksi eritrosit - 1,25-dihudroxyvitamin D3 Absorpsi kalsium oleh usus halus 12. Saluran pencernaan - Gastrin Sekresi asam lambung, pertubuhan saluran penc - Sekretin Sekresi bikarbonat dari pankreas dan biliary - Cholecystokinin (CCK) Kontraksi gallbladder (kandung kemih), sekresi enzim pankreas - Gluco-dependentinsulinotropic peptide (GIP) dsb. Inhibit sekresi asam lambung, sekresi insulin 13. Hati -insulin-like growth factor (IGF-I dan II) Pertumbuhan 14. Thymus -Thymosin (thymopoietin) Fungsi T-lymphocyte Endokrin dan hormon yang dihasilkan Fungsi 15. Pineal - Melatonin Dewasa kelamin (sexual maturation) 16. Plasenta - Chorionic gonadotropin (CG) Sekresi oleh korpus luteum - Estrogen Lihat ovari - Progesteron - Laktogen plasenta Perkembangan kelenjar susu dan metabolisme Mekanisme Kerja Hormon 1. Hormon steroid Hormon steroid akan berikatan dengan reseptornya yang ada di dalam sitoplasma membentuk komplek reseptor steroid. Komplek reseptor steroid ini bergerak menuju inti sel (nukleus) dimana akan berikatan dengan spesifik protein kromoson (khromatin) untuk memulai sintesis protein. Gabungan antara komplek reseptor steroid dengan khromatin menghasilkan perubahan pada rantai DNA dan menghasilkan m-RNA (m=messenger). Selanjutnya, m-RNA menyampaikan kode untuk sintesis spesifik protein sesuai dengan tipe selnya. Setiap hormon steroid mempunyai reseptornya sendiri (lihat Gambar 4.2). HYPOTHALAMUS Keterangan: GnRH=gonadotropin releasing hormone, GHRH=growth hormone releasing hormone, SS=somatostasine, TRH=tiroid releasing hormone, PIH=prolactine inhibiting hormone, PRH=prolactine releasing hormone, CRH=corticothropic releasing hormone. Gambar 4.2. Mekanisme kerja hormon steroid. 2. Hormon Peptida Hormon peptida akan menempel pada reseptornya yang ada pada dinding sel target. Gabungan antara hormon dan reseptor ini akan mengaktipkan enzim adenylate cyclase pada membran untuk merubah ATP menjadi c-AMP. Selanjutnya c-AMP bergabung dengan enzim protein kinase yang tidak aktip sehingga menjadi enzim protein kinase yang aktip sebagai enzim phosporilase (activation of specific enzime; lihat Gambar 4.3). Gambar 4.3. Mekanisme kerja hormon peptida pada sel target. Contoh bagiamana hormon peptida bekerja dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut. Hormon epineprin dapat menempel pada beta reseptor menghasilkan beta-adrenergic effect atau alpha reseptor menghasilkan alpha-adrenergic effect. Gambar 4.4. Contoh mekanisme kerja hormon peptida (epineprin). Mekanisme Umpan Balik (Feedback Mechanism) Pada semua gambar khusus bab endokrin ini akan ditemukn garis putus-putus (---) atau tanda negatip (-) ini artinya merupakan umpan balik negatip (negative feedback). Pada umpan balik negatip, sekresi hormon/molekul/ion pada suatu kelenjar endokrin akan menyebabkan berkurang/berhentinya sekresi hormon/molekul/ion pada kelenjar endokrin yang lain yang dipengaruhinya. Sebaliknya feedback positif yang digambarkan dengan garis penuh ( ___ ) atau tanda positip (+) artinya produksi/sekresi hormon/molekul/ion pada satu kelenjar akan menyebabkan produksi/sekresi hormon/molekul/ion pada kelenjar endokrin yang lain yang dipengaruhinya. Hipokalsimia (rendahnya kadar Ca2+ pada darah) pada Gambar 4.5 merupakan rangsangan pada kelenjar paratiroid (feedback negatip) untuk mensekresikan hormon paratiroid (PTH) Selanjutnya PTH akan merangsang enzim kortikol 1α-OHase pada ginjal, sehingga 25-OH-D3 berubah menjadi 1,25-(OH)2D3. Atau secara langsung, rendahnya PO4-3 dengan mekanisme feedback negatip mempengaruhi ginjal merangsang enzim kortikol 1α-OHase pada ginjal, sehingga 25-OH-D3 berubah menjadi 1,25-(OH)2D3 atau vitamin D. Vitamin D yang terbentuk ini merangsang reabsorpsi Ca2+ dari saluran pencernaan (usus), tulang dan dari ginjal itu sendiri. Setelah kadar Ca2+ dalam darah meningkat/tinggi dengan mekanisme negatip feedback akan menekan (inhibit) paratiroid untuk mengurangi/ menghentikan sekresi PTH. Gambar 4.5. Mekanisme (kontrol) feedback pada sintesis vitamin D. Perlu diketahui bahwa sinar matahari tidak mengandung vitamin D. Sinar matahari dengan sinar ultra violetnya akan merubah 7-Dehydrocholesterol menjadi Vitamin D3 pada pada sel kulit. Melalui darah, vitamin D3 dibawa ke hati dan di sini dirubah menjadi 25-OH-D3 yang selanjutnya akan menuju ginjal. Beberapa Kelenjar Endokrin dan Penyakit/Kelainan Terkait 1. Kelenjar Gondok (Tiroid) Kelenjar gondok menjadi sangat populer karena adanya penyakit yang orang kebanyakan menyebutnya dengan penyakit gondok dan orang biasanya mengkaitkan penyakit ini karena kekurangan jodium (I). Bagaimana peranan jodium sehingga dapat menyebabkan penyakit gondok dan bagaimana hubungan antara jodium dengan hormon tiroid dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut. Pada gambar terlihat bahwa kelenjar gondok tersusun oleh follikel-folikel yang pada gambar terlihat bahwa sebuah follikel membentuk bulatan atau seperti bola yang kulitnya tersusun oleh sel-sel kelenjar gondok. Pada bagian tengah follikel disebut lumen follikel yang berisi cairan dalam bentuk kolloid. Ion jodium (I-) dalam darah masuk kedalam lumen kemudian diubah menjadi jodium (I2) melalui reaksi peroksidasi. Selanjutnya jodium yang ada pada lumen tersebut berikatan dengan thyroglobulin yang terbentuk di dalam sel-sel kelenjar tiroid dan masuk kedalam lumen ikut menyusun pembentuk cairan koloid yang ada di dalam lumen tsb. Gabungan antara thyroglobulin dengan jodium membentuk dua senyawa penting yaitu 3-monoidotyrosine (MIT) dan 3,5 diiodothyrosine (DIT). Dari dua senyawa inilah akan terbentuk dua hormon tiroid yaitu T4/thyroxine yang merupakan gabungan dua molekul/senyawa DIT (DIT + DIT) dan T3/triiodotithyronine yang merukan gabungan satu molekul DIT dan satu molekul MIT (DIT + MIT). Akhirnya dengan semakin bertambahnya thyroblobulin yang mengisi lumen sebagai cairan koloid maka lumen tersebut akan membesar atau yang disebut dengan penyakit gondok (goiter/pembesaran kelenjar tiroid). Persoalan muncul saat terjadinya kekurangan jodium, disisi lain kebutuhan hormon tiroid (T4 dan T3) selalu diperlukan untuk proses metabolisme di dalam tubuh. Dengan kata lain kebutuhan hormon tiroid tidak akan terpenuhi tanpa adanya jodium karena jodium adalah salah satu unsur pembentuk hormon tiroid disamping thyroglobulin. Tanpa adanya jodium thyroglobulin akan terbentuk terus karena rangsangan oleh TSH juga berlangsung terus, tetapi tidak pernah dapat membentuk baik DIT maupun MIT sehingga tidak bisa menghasilkan T4 dan T3. Gambar 4.6. Pembentukan hormon tiroid di dalam lumen follikel kelenjar tiroid. 2. Kelenjar Pankreas. Pankreas sebagai kelenjar endokrin menghasil diantaranya adalah hormon insulin yang diproduksi oleh sel β, dan glucagon diproduksi oleh sel α. Kedua hormon ini mempunyai fungsi berlawan satu sama lain. Insulin membantu masuknya gula dari darah ke dalam sel sehingga bisa digunakan untuk proses metabolisme. Kekurangan (defisiensi) insulin menyebabkan penyakit diabetes mellitus/kencing manis/penyakit gula. Ada dua jenis penyakit gula, pertama diabetes tipe I (insulin-dependent diabetes) yaitu kekurangan hormon insulin disebabkan oleh kerusakan/tidak berfungsinya pancreatic islet (sel β) sehingga hormon tersebut tidak ada/tidak cukup diproduksi. Untuk menolong insulin harus disuntikan/ditambah dari luar. Kedua adalah diabetes tipe II (insulin-independent diabetes), hormon insulin diproduksi secara normal, tetapi tidak bisa menjalankan fungsinya yaitu membantu masuknya gula dari darah ke dalam sel sehingga bisa digunakan untuk proses metabolisme. Gambar 4.7. Pankreas dan bagian-bagiannya Pada skema Gambar 4.8 urutan kejadian akibat kekurangan insulin terlihat bahwa peningkatan kadar gula darah disebabkan baik oleh gagalnya glukosa masuk ke dalam sel maupun oleh hati secara kontinyu mensuplai gula ke dalam darah melalui proses glikolisis (gula dari glikogen) dan glukoneogenesis (gula dari lemak atau protein). Disisi lain lipolisis (pemecahan lemak untuk sumber energi) menghasilkan keton, yang selanjutnya bersama dengan kelebihan gula dalam plasma darah akan diekskresikan bersama urin oleh ginjal. Keluarnya gula dan keton akan membawa juga air, sehingga air dan juga garam gagal direabsoprsi oleh tubular ginjal. Akhirnya dengan banyaknya ekskresi cairan karena gagalnya proses reabsoprsi oleh tubular ginjal, maka cairan plasma berkurang sehingga tekanan darahpun turun dan suplai darah ke otak berkurang yang dapat mengakibatkan fungsi otak juga berkurang. Bagaimana diabetes tipe II bisa terjadi. Pada umumnya terjadi pada orang/hewan yang makan terlalu banyak, sehingga glukosa darahnya juga sangat tinggi. Disis lain ada keterbatasan reseptor untuk insulin pada sel atau dengan kata lain hanya dalam jumlah tertentu glukosa yang dapat masuk ke dalam sel. Sekali lagi glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya dengan bantuan insulin yaitu insulin akan menempel pada reseptor pada dinding sel. Gabungan insulin dan reseptor (insulin reseptor komplek) inilah yang akan menfasilitasi masuknya gula ke dalam sel. Kelebihan gula (hyperglycemia) di dalam plasma darah dan keterbatasan reseptor insulin juga dapat berakibat lebih lanjut terjadinya insulin resisten (penolakan insulin), sehingga kondisinya menjadi semakin parah. Sepertinya tidak ada jalan lain bahwa pengurangan/kontrol konsumsi makanan adalah cara yang paling utama untuk mengatasi diabetes tipe II. Hal ini akan mengurangi khususnya glukosa ke level normal sehingga gula yang masuk akan dimanfaatkan seluruhnya oleh sel tanpa ada yang harus dibuang melalui urin oleh ginjal. Latihan secara fisik/olah raga juga akan membantu semakin cepatnya gula bisa dimanfaatkan oleh sel tanpa harus ditimbun dalam bentu glikogen atau lemak. Gambar 4.8. Skema urutan kejadian akibat tidak ada/tidak berfungsinya insulin (defisiensi insulin atau disebut ketoacidosis). BAB V: GINJAL Fungsi Ginjal: 1. Mengatur keseimbangan komposisi air dan ion anorganik di dalam tubuh. 2. Mengeliminasi atau mengambil hasil sisa metabolisme dan mengekresikan melalui urin. 3. Mengeliminasi senyawa kimia, termasuk racun yang tidak berguna bagi tubuh dari darah dan mengekresikan melalui urin. 4. Sebagai penghasil hormon: a. Erythropoietin yang mengontrol produksi eritrosit darah. b. Renin yang mengontrol pembentukan angiotensin untuk mengontrol tekanan darah dan keseimbangan natrium darah. c. 1,25-dihydroxyvitamin D3 sebagai pengatur keseimbangan kalsium. Struktur Ginjal dan Sistim Urinari Di dalam tubuh terdapat sepasang ginjal kanan dan kiri (Gambar 5.1. Satu sisi ginjal) yang terletak pada bagian belakang rongga perut. Pada ginjal terdapat lebih dari satu juta unit nephron yang menjalankan fungsi ginjal. Gambar 5.1. Ginjal dan bagian-bagiannya Bagian-bagian nephron terdiri dari: 1. Sebuah glomerulus yang tersusun oleh kapiler darah untuk mensuplai darah melalui afferent artiola dan kapsul Bowman (Gambar 5.2). 2. Sebuah tubule yang keluar dari kapsul Bowman dibagi menjadi 4 segmen: proximal tubule, loop Henle, distal tubule dan saluran penampungan (collecting duct; Gambar 5.3). Gambar 5.2. Beberapa unit nephron dan hubungannya dengan kapiler darah Glomerular capsule = Kapsul Bowman Kapiler darah bisa dalam bentuk artery (arteri=merah) atau vein (vena=biru). Gambar 5.3. Unit nephron yang pada dasarnya terdiri dari kapsul glomerulus (kapsul Bowman) kapiler darah (afferent dan efferent arteriola) dan 4 segmen tubule. Distal tubule dari banyak nephron secara bersama menbentuk collecting duct, dan menjadi saluran renal pelvis, yang dari sini selanjutnya urin menuju ureter sebelum akhirnya ditampung pada bladder (kandung kemih). Efferent arteriola meninggalkan kapiler glomerulus dan bercabang menjadi kapiler peritubular yang akan mensuplai tubule dengan hasil penyaringannya. Mekanisme Kerja Ginjal Ada empat mekanisme kerja ginjal (Gambar 5.4): 1. Glomerular filtration/Penyaringan glomerular/Filtrasi, 2. Reabsorpsi tubular/reabsorpsi dan 3. Sekresi tubular/sekresi. 4. Excretion/ekskresi Filtrasi (Senyawa/zat dari plama kapiler glomerulus masuk ke kapsul Bowman); Reabsorpsi (penyerapan kembali dari tubule ke kapiler darah yang terjadi pada bagian proximal tubular); Sekresi (beberapa senyawa kimia pada plasma kapiler masuk kembali ke tubule pada bagian distal tubule) dan ekskresi/excretion (mengeluarkan kelebihan atau sisa zat sampah ke luar melalui urin). Gambar 5.4. Proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi glomerular, kurang lebih 450 – 600 liter/hari pada sapi dan 180 liter/hari pada manusia, cairan plasma kecuali protein disaring pada kapsul Bowman. Filtrat (hasil saringan) glomerulus ini mengandung semua senyawa kecuali protein dan senyawa yang terikat oleh protein. Filtrasi glomerular dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik pada kapiler darah di bagian glomerulus, kemudian disisi lain adanya tekanan hidrostatik pada kapsul Bowman dan tekanan osmotik yang disebabkan oleh konsentrasi protein pada plama kapiler glomerulus. Contoh: tekanan hidrostatik glomerus 55 mmHg – (tekanan hidrostatik kapsul Bowman 15 mmHg + tekanan osmotik akibat konsentrasi protein pada plama kapiler glomerulus 30 mmHg) = terjadi beda tekanan 10 mmHg lebih besar pada bagian glomerulus dibanding pada kapsul Bowman. Perbedaan tekanan inilah yang menyebabkan terjadinya perpindahan cairan plama darah dari glomerulus ke kapsul Bowman. Gambar 5.5. Reabsoprsi natrium dan glukosa pada bagian proximal tubule ginjal Pada waktu hasil saringan/filtrat sudah berada di tubule, beberapa senyawa diserap kembali (reabsorpsi) masuk de dalam kapiler peritubular. Reabsorpsi terjadi sangat besar terutama untuk semua senyawa yang masih akan digunakan oleh tubuh termasuk berbagai macam ion dan air (Gambar 5.5 dan 5.6), tetapi tidak demikian halnya untuk senyawa-senyawa yang sudah tidak berguna bagi tubuh atau zat sampah. Gambar 5.6. Hubungan antara reabsorpsi Na+ dan Cl- yang kemudian diikuti oleh H2O Reabsorpsi terjadi dengan cara carrier-mediated mechanism (transport mol/ion dengan batuan molekul/zat perantara) dan juga dilakukan dengan cara diffusi dan osmosis. Cara reabsorsi dengan cara pertama tersebut terkadang sampai pada batas maksimal/ambang jenuh. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya molekul/zat yang harus di reabsorpsi dengan cara carrier-mediated mechanism tersebut sehingga tidak mampu direabsoprsi dan akhirnya lansung dibuang bersama/dalam bentuk urin. Untuk cara difusi molekul/zat/ion dan osmosis untuk air terjadi apabila ada perbedaan konsentrasi pada kedua tempat, yaitu konsentrasi tinggi pada bagian tubule dan rendah pada bagian kapiler. Gambar 5.7. Cotransport (Na+ dan Cl- ) dan countertranport (Na+ dan K+). Proses sekresi yaitu terjadinya perpindahan (difusi) molekul/ion dari kapiler peritubular ke cairan interestial diluar membran epitel tubule. Paling banyak disekresikan adalah ion hidogen (H+) dan kalium (K+). Sekresi dapat dikatakan sebagai tambahan proses penyaringan untuk menambah molekul/ion masuk ke dalam tubule (Gambar 5.11). Natrium (Na+) tersaring pada glomerulus secara bebas, tetapi mengalami reabsorpsi dengan cara transport aktif sehingga sangat tergantung adanya pompa Na, K-ATP pada membran epitelium tubule (Gambar 5.7). Reabsorpsi natrium juga dilakukan dengan cotransport (terikat/bersama molekul glukosa, asam amino dan Cl-), dan juga dengan cara countertransport (berlawanan/yang satu masuk yang lain keluar, dalam hal ini ion K+ dan H+ sebagai lawannya). Selanjutnya setelah terjadi reabsoprsi natrium akan terjadi perbedaan tekanan osmotik dimana tekanan osmotik pada bagian tubule lebih tinggi dibanding tekanan osmotik pada kapiler, sehingga air akan ikut masuk dari tubule ke bagian kapiler. Gambar 5.8. Reabsopsi pada tuble (saluran ginjal) untuk menjaga keseimbangan air. jumlah yang stabil. Dengan kata lain adanya ADH akan mengurangi ekskresi air melalui urin karena permeibilitas membran tubule terhadap air meningkat. Kejadian lain adalah terjadinya reabsorpsi air pada bagian akhir distal tubule dan collecting duct oleh adanya hormon ADH (antidiuretic hormon) yang disekresikan oleh posterior pituitaria. Sekali lagi hal ini terjadi untuk menjaga keseimbangan air dalam Gambar 5.9. Perbedaan osmolarity pada berbagai tempat sepanjang tubule Secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 5.8 dan 5.9) peristiwa bagaimana reabsorpsi yang terjadi sepanjang tubule (saluran) mulai dari distal tubule sampai collecting tubule. Inilah yang disebut sistim multipel countercurrent utamanya terjadi di loop Henle. Hal ini terjadi karena filtrat (cairan) yang mengalir pada tubule bagian descending (menurun) kemudian berubah arah (countercurrent) menuju bagian ascending (naik) pada loop Henle tersebut. Aliran filtrat dalam tubule tersebut, air berosmosis dan natrium berpindah dengan transport aktip, terjadilah perbedaan tekanan osmosis (osmolarity) mulai dari proximal tubule sampai collecting duct seperti pada gambar 5.9. Akhirnya, hasil penyaringan akan terus berjalan sepanjang tubule masuk pada bagian collecting duct, selanjutnya menuju ureter dan akhirnya terkumpul pada kandung kemih (bladder) dalam bentuk urin yang jumlahnya semakin banyak sejalan bertambahnya waktu. Dengan semakin banyaknya urin yang terbentuk/terkumpul pada kandung kemih maka akan mencapai batas maksimal. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot polos kandung kemih yang merupakan rangsangan bagi reflek syaraf parasimpatik untuk bekerja memerintahkan pengeluaran urin dari kandung kemih atau disebut micturition. Pengaturan Keseimbangan Natrium dan Air I. Bertambahnya air dalam tubuh dapat melalui air minum dan air metabilisme (dari proses metabolisme), kemudian kehilangan air dari dalam tubuh dapat melalui urin, saluran pencernaan yang keluar bersama feses, melalui kelenjar keringat dan melalui respirasi. II. Kurang lebih 2/3 air di dalam tubuh adalah intraselular (di dalam sel) dan 1/3 adalah extraseluler (di luar sel). Gambar 5.10. Keseimbangan Natrium yang air diatur secara hormonal pada ginjal. III. Untuk natrium dan air, keseimbangannya di dalam tubuh (kontrol homeostatik) diatur terutama oleh ekskresi melalui ginjal (Gambar 5.10). Keseimbangan natrium dan air diatur oleh sistim hormonal yaitu oleh hormon ADH dan aldosteron yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal bagian kortek. ADH akan meningkatkan reabsorpsi molekul air sedangkan hormon aldosteron akan menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium pada bagian distal tubule (Gambar 5.10). Aldosterone tidak hanya meningkatkan reabsorpsi natrium tetapi juga akan meningkatkan ekskresi kalium. Pengaturan keseimbangangan ion hidrogen (H+) Secara keseluruhan keseimbangan hidrogen ditentukan oleh hasil metabolisme, kemudian kehilangan melalui feses dan urin. Unsur penentu tersebut sangat ditentukan oleh kerja ginjal atau yang disebut pengaturan keseimbangan hidrogen oleh ginjal. Istilah buffer dalam hal ini adalah bagaimana ginjal mempertahankan konsentrasi hidrogen tetap dalam konsentrasi normal. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengkombinasikan dengan ion lain seperti bikarbonat (HCO3-) dengan tujuan untuk mengurangi ion hidrogen dan juga dengan protein intraseluler. Ginjal tidak hanya mengekskresikan ion hidrogen tetapi juga mereabsorpsi bikarbonat. Kedua proses ini membutuhkan sekresi ion hidrogen pada tubule dalam prosesnya yang dibantu oleh enzim karbonik anhidrase. Selanjutnya ion hidrogen tersebut dikombinasikan dengan amonia disekresikan oleh tubule (Gambar 5.11). Gambar 5.11. Regulasi (keseimbangan) ion hidrogen pada ginjal. DAFTAR PUSTAKA VandeNursholeh. 2011. Human Physiology. Company, Tanjung Jabung Timur. Unja Nanda, 2012.fapet universitas haluoleo

Senin, 14 Januari 2013

” kontribusi ternak dan hasil ternak terhadap kehidupan manusia”



PENGANTAR ILMU PETERNAKAN
” kontribusi ternak dan hasil ternak terhadap kehidupan manusia”




Putra Wiadnyana
L1A112118

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah kontribusi ternak dan hasil ternak terhadap kehidupan umat manusia dengan senang dan tanpa halangan ataupun kesulitan yang cukup berarti.Kami telah berupaya secara maksimal untuk membuat makalah ini, namun karena kami sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan sekecil apapun dan masih adanya banyak keterbatasan yang ada pada kami, rasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari teman-teman sekalian.Kami juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada kakak pembimbing kami, karena sedikit banyak telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini dan telah memberikan perhatian untuk kami agar dapat menyusun makalah yang lebih baik dan benar. Atas segala kritik dan saran yang disampaikan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih.





Penyusun



DAFTAR ISI

Halaman Depan ……………………………………………………………….    i
Kata Pengantar ………………………………………………………………..    ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………   iii
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang ………………………………………………………..    1
2.      Tujuan …………………………………………………………………    2
3.      Manfaat ………………………………………………………………..   2
BAB II ISI
1.      Kontribusi ternak di  klurahaan kalampang……………………………    3
2.      Hasil ternak………………………………………………..……... …..    8
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan ……………………………………………………………    15
2.      Saran dan Kritik ……………………………………………………….   16
Daftar Pustaka …………………………………………………………………   17



BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
Tuhan menciptakan berbagai ciptaannya bukan tanpa alasan dan manfaat. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang mempunyai akal pikiran, wajib memaksimalkan berbagai manfaat dari apa yang diciptakan Tuhan, sehingga kehidupan manusia dapat menyelesaikan suatu masalah dan meningkatkan keharmonisan bermasyarakat.
Era globalisasi dan persaingan bebas saat ini menuntut masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk giat meningkatkan penguasaan ilmu dan teknologi serta manajemen. Dalam keadaaan teknologi yang serba maju dan modern kita dituntut dapat menghasilkan berbagai produk hasil iptek yang sangat memadai agar dapat bersaing dengan produk-produk dari luar negeri yang dari waktu ke waktu mengalir terus ke dalam negeri tanpa dapat dicegah. Untuk mengantisipasi aliran produk dari luar negeri secara tidak terkendali maka perlu upaya peningkatan nilai tambah dan penganekaragaman produk dengan terus melakukan inovasi teknologi dan menggali sumberdaya alam yang potensial untuk dikembangkan. Berbagai sumberdaya alam dan komoditas, baik tanaman maupun hewan/ternak, yang potensial untuk dikembangkan perlu mendapat perhatian untuk lebih meningkatkan nilai tambah. Diantara jenis ternak yang saat ini cukup memiliki potensi untuk dikembangkan dan perlu mendapat perhatian .
Ternak merupakan hewan jinak dan telah adopsi oleh manusia. Sifatnya yang jinak membuat banyak orang tertarik untuk memelihara ternak. Tak heran, bila hewan banyak dipelihara sebagai hewan kesayangan atau hewan hias, kita perlu informasi yang sebanyak-banyaknya tentang manfaat lain dari hewan. Agar manfaat lain itu yang dapat memungkinkan kehidupan manusia menjadi lebih baik, lebih mudah dan efisien, serta dapat menemukan solusi atas suatu masalah yang dihadapi masyarakat. Untuk itu, kita berusaha memperoleh informasi yang tepat dan bermanfaat atas apa saja yang ada pada tubuh hewani atau kandungan apa saja yang ada pada hewan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia secara maksimal dengan bantuan teknologi canggih yang sudah ada.
2.     Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk mengetahui kontribusi ternak dan hasil ternak terhadap kehidupan umat manusia.
3.     Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
·         Agar kita dapat memperoleh informasi-informasi yang bermanfaat dari hewan
·         Ilmu pengetahuan kita seputarhewan akan bertambah setelah kita menemukan informasi-informasi baru yang akurat dari berbagai media.
·         Sebagai media informasi yang nantinya akan bermanfaat besar bagi kehidupan masyarakat luas.




BAB II
PEMBAHASAN
A.Kontribusi ternak
Luas Kelurahan Kalampangan adalah 7.000 ha,memiliki jenis tanah gambut (Histosol), dan merupakan katagori gambut pedalaman dengan Tipe luapan D yaitu 107 tidak dipengaruhi pasang besar maupun pasang kecil dan memiliki tinggi permukaan air tanah di bawah 0,5 m.Berdasarkan Zona Agroekologi, maka tanah gambut di Desa Kalampangan dengan ketebalan tinggi > 10 m,
cocok diusahakan tanaman sayuran (hortikultura) . Tata guna lahan terbagi dalam 3 golongan besar, yaitu lahan pekarangan 200 ha, lahan kebun 1 .000 ha dan jalur hijau 50 ha. Kondisi curah hujan cukup tinggi yaitu rata-rata 2.830 mm/tahun, dengan suhu udara maksimum 34°C dan minimum 24°C. Kelembaban udara maksimum 97% dan minimum 79%. Ditinjau dari sektor peternakan, populasi ternak besar dan kecil di Kelurahan Kalampangan cukup menggembirakan antara lain, sapi potong sebanyak 957 ekor, kambing 206 ekor, babi 18 ekor, dan ayam buras 6.026 ekor. Sedangkan pola usahatani yang digunakan adalah : Tanam I (palawija/sayuran), Tanam II  (palawija/sayuran), kemudian Tanam III (sayuran) .
Jenis sayuran dan palawija serta buah-buahan yang umumnya diusahakan adalah kacang panjang, kangkung, mentimun, terong, bayam, cabai, seledri, sawi, jagung, ubi kayu, juga buah-buahan terutama nenas dan rambutan. SumberDaya Manusia
Jumlah penduduk Kalampangan 2.767 jiwa terbagi dalam jenis kelamin perempuan 1.342 jiwa (48,5%) dan laki-laki 1 .425 jiwa (51,5°/x). Rasio jenis kelaminpenduduk menunjukkan angka diatas 100, hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Bila dikaitkan
dengan kelompok umur, maka terlihat perbedaan mencolok pada 41-59 tahun sebesar 158 dan >60 tahun sebesar 168 . Ditinjau dari kepadatan penduduk dengan luas wilayah 7.000 ha (70 km) dan penduduk sebesar 2.767
jiwa diperoleh kepadatan sebesar 39,5 jiwa/km2 (0,395 jiwa/ha) dan apabila ditinjau dari penguasaan lahan setiap jiwa seluas 2,52 ha. Guna melihat kepadatan
agrarisnya luas lahan untuk sektor pertanian seluas 1 .200 ha terdiri 200 ha pekarangan dan 1.000 ha kebun, maka diperoleh angka sebesar 2,3 jiwa/ha atau dengan tingkat penguasaan per jiwa seluas 0,43 ha. Mata pencaharian penduduk terbesar adalah petanipemilik 980 jiwa (65,122%), disusul buruh 210 jiwa 13,95%) dan PNS 98 jiwa (6,51%) . Besarnya mata pencaharian petani pemilik berhubungan dengan latarbelakang pendidikannya yaitu SD atau sederajat yang
mencapai 45,39%, sedangkan yang berpendidikan Perguruan Tinggi atau sederajat hanya 1,86%. Di Kelurahan Kalampangan selain matapencaharian utama usahatani sayuran juga rata-rata memiliki ternak sapi minimal 2 ekor/KK dan ayam buras 3-15 ekor/KK. 108 Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Dengan demikian tingkat penerapan teknologi terbagi 2 yaitu untuk komoditas peternakan dan sayuran . Budidaya Pertanian Teknik pemeliharaan ternak sapi Jenis sapi yang dipelihara umumnya sapi bali dan merupakan sapi bantuan pemerintah. Temak sapi pada umumnya dipelihara secara semi intensif. Pada pagihari jam 8-11 sapi dikeluarkan untuk merumput dipekarangan, kemudian dimasukkan kandang. Pakanyang diberikan hanya rumput alam atau limbah hortikultura saja jika musim panen. Pemberian obat cacing tidak dilakukan . Oleh karena perkawinannya hanya mengandalkan kawin alam saja dimana jumlah pejantan sangat terbatas dan dengan jarak beranak lebih dari satu tahun, mengakibatkan perkembangan populasinya lambat. Untuk mengawinkan temaknya petani harus membayar Rp 10.000 untuk sekali kawin dan rata-rata diperlukan 2 kali mengawinkan agar dapat bunting. Selain itu untuk menjaga kebersihan kandang, mereka membersihkannya seminggu sekali . Teknik pemeliharaan ayam buras Ayam buras dipelihara secara tradisional atau ekstensif dan merupakan usaha sambilan seperti halnya pemeliharaan ternak sapi. Ayam dilepas pada pagi hari dan dikandangkan pada sore hari. Anak ayam umur 0- 30 hari diberi pakan komersial, dan setelah lebih dari sebulan diberi pakan dedak 1 kg/10 ekor/hari dan sisa nasi. Pakan diberikan pada pagi clan sore hari. Produksi
telur rata-rata 70 butir/ekor/tahun, dimana 50%ditetaskan, 30% dijual dan sisanya  20% dikonsumsi. Tingkat kematian anak ayam umur 1-30 hari 10-60%.Penyakit yang sering menyerang adalah ND, karena tidak dilakukan vaksinasi terhadap penyakit ini . Teknik usahatanijagung manis dan sayuran Walaupun petani memiliki sapi namun ternak tersebut tidak dapat digunakan sebagai tenaga kerja mengolah lahan pertanian mereka, karena tanah gambut tidak mampu menahan berat badan sapi sehingga sering kali kakinya terjerembab ke dalam gambut. Pengolahan lahan yang pertama kali dilakukan adalah mengupasrumput secara manual dengan arit kemudian ditumpuk menjadi gundukan dan setelah kering dibakar. Abu rumput dicampur dengan kotoran ternak diolah sebagai pupuk. Kompos ini mutlak harus diberikan sebagai pupuk di lahan mereka, meskipun mereka juga menambahkan pupuk kimia. Benih sayuran dan buah diperoleh dari 6 buah kios saprodi yang ada meskipun jenis dan mutu sama namun harga bervariasi. Khusus benih jagung manis dan kacang panjang petani menggunakan benih dari penangkaran sendiri yang hasilnya lebih baik daripada benih yang dijual di kios saprodi akhir-akhir ini . Pupuk kompos kering diberikan sebanyak '/4-1 kg per lobang tanarn, sedangkan pembelian pupuk kimia untuk semua jems sayuran adalah sama yaitu urea, SP 36, KCI, NPK masingmasing sebanyak 1 kg dicampur jadi satu kemudian dilarutkan dalam 400 liter air untuk luas lahan 10x50 m2. Pemupukannya dengan cara disiramkan pada kanan kiri perakaran tanarnan. Petani belum melakukan pemberantasan hama terpadu tetapi hanya menggunakan insektisida pada saat tanam yaitu Furadan 3/4 kg/0,25 ha, serta pernbasmi ulat dengan Curacron serta Regent 500 ml/0,25 ha. Panen dan pascapanen dilakukan secara tradisional .Pola tanam petani sayur Kalampangan terbagi dalam 2 lokasi, yaitu lokasi pekarangan seluas 800 m2 atau 1/3 dari luas pekarangan selebihnya untuk penggunaan non pertanian, lokasi ke dua adalah lahan usaha dirnana petani memiliki luasan 1,75 ha yang terbagi dalam  lahan usaha I seluas 0,75 ha dan lahan usaha II seluas 1 ha. Kondisi lahan usaha I umumnya sudah diusahakan, sedangkan lahan usaha II saat ini masih menjadi lahan tidur. Untuk memperjelas pola penanaman pada lahanusaha
dapat dilihat pada gambar1 .Kacang panjang 750m 2Tomat 750 m2 Kangkung cabut 750 m2Jagung manis ditumpang sari kandengansayur manis/sawi 2500 m)Mentimun(2500 m2) Gambar 1. Pola pertanaman di Lahan Usaha I seluas 7.500 m2 Pola tanam terutama jagung manis ditumpangsarikan dengan sawi dengan cara menanam sawi terlebih dahulu serninggu, kemudian jagung manis. Pada saat sawi dipanen umur 25 hari, maka hanya tinggal jagung manis yang dipanen pada umur 75 hari. Pada petak lainnya diusahakan berbagai jenis sayuran dengan rata-rata panen umur 50 hari. Dengan demikian, untuk jagung dapat ditanam sebanyak 3 kali per tahun, sedangkan sayuran jenis lainnya dapat ditanam 6 kali. Komoditas sayuran dipasarkan dalam bentuk segarbaik dijual ke pasar pagi di Palangka Raya, dibeli Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 langsung oleh pembeli asal Palangka Raya di lahan, atau dijajakan di kios sepanjang jalan raya Palangka Raya-Banjarmasin. Pembelian langsung di lahan, umumnya diawali dengan kesepakatan antara pembeli dan petani tentang harga. Khusus untuk tanamanjagung manis memiliki cara sendiri, yaitu pembelian secara bertahap. Tahap pertama jagung dihargai lebih tinggi rata-rata Rp 1 .500/tongkol sebab pada tahap ini pembeli bisa memilih ukuran jagung yang lebih besar. Pada tahap 2 dan 3 harga menurun berturut-turut Rp1 .250 dan Rp 1.000 dengan selang waktu pembelian 2 hari oleh pembeli yang sama. Analisa biaya dan pendapatan Usaha ternak sapi dapat dijual dengan mudah melalui blantik sapi apabila petani sewaktu waktu membeukan uang tunai untuk memenuhi kebutuhannya . Harga beli sapi jantan umur <1 tahun rata-rata Rp 2.500.000/eko r dan setelah dipelihara selarna 8 bulan laku dijual seharga Rp 4.500.000,/ekor. Seekor sapi dapat menghasilkan kompos 2 ton/tahun dengan harga Rp 250/kg. Kompos yang dihasilkan ini digunakan sebagai pupuk tanaman hortikultura yang diusahakan petani dan ini sangat penting karena dari beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pembelian kompos pada tanaman dapat memberikan hasil yang signifrkan dibandingkan tanarnan yang tidak diberi kompos (TRINY et al., 2001) serta dapat menekan input dari luar  (SUHARTO, 2000). Pakan yang diberikan berupa rumput alam atau limbah tanaman hortikultura ±30 kg/hari/ekor dengan harga beli Rp 200/kg. Tenaga kerja yang digunakan untuk memelihara 2 ekor sapi sekitar 1,5jam/hari, sehingga dalam 8 bulan diperlukan sekitar 60 HOK dengan upah Rp 10.000/HOK. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga. Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha ternak sapi memberikan keuntungan Rp 920.000/2 ekor/8 bulan dengan  R/C ratio 1,11 . Pada usaha ternak ayam marnpu memberikan kontribusi keuntungan sebesar Rp 172 .000/10 ekor/ tahun dengan R/C ratio 1,26 (Tabel 2). Produksi telur dari 8 ekor ayam adalah 560 butir, ditetaskan menghasilkan DOC 140 ekor dengan harga Rp 5.000/ekor, dan 168 butir dijual dengan harga Rp 750/butir. Pakan yang diberikan selama 1 tahun
sebanyak 365 kg dengan harga Rp 800/kg. Tenaga kerja keluarga yang diperlukan untuk memelihara ayam 0,25 jam/hari, dalam 1 tahun diperlukan 15,2 HOK dengan upah sebesar Rp 10.000/HOK. Nilai R/C 1 .26 ini berarti pemeliharaan ayam buras layak untuk diusahakan. 109 Uraian Penerimaan penjualan Penjualan sapi Penjualan kompos Biaya total Sapi bakalan Rumput alam/limbah sayuran
Tenaga kerja Pendapatan R/C Usaha petemakan yang merupakan usaha sampingan diperuntukkan sebagai tabungan yang dapat dijual sewaktu waktu apabila petani memerlukan uang tunai. Ternak sapi digunakan sebagai tabungan untuk mengatasi keperluan uang dalam jumlah besar seperti pulang ke Jawa, membangun rumah, membeli motor, mempunyai hajat, menyekolahkan anak selain itu juga sebagai sumber penghasil pupuk. Sedangkan ternak ayam sebagai simpanan untuk mengatasi keperluan sehari-hari dan sebagai sumber protein. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian AR-RizA dan LANDE (1989) bahwa pengembangan ternak dalam sistim usahatani mempunyai peran penting karena dapat dijadikan sumber uang tunai, sumber tenaga kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002



A.    Hasil ternak
2.1 Pengujian Daging
Kualitas daging merupakan kumpulan sifat/ ciri/ faktor pada daging yang membedakan tingkat pemuas atau aseptabilitas dari daging tersebut bagi konsumen/ pembeli. Ada beberapa faktor yang menentukan daripada kualitas daging itu sendiri yang dapat diukur dan tidak dapat diukur secara langsung dari daging tersebut. Sehingga dengan demikian diperlukan uji kualitas daging. Pengujian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menguji keamanan dan mutu produk hewan terhadap unsur bahaya (hazards) dan cemaran.
Adapun pengujian kualitas daging dapat berupa :
• Pengujian secara organoleptik
Pengujian terhadap kualitas daging yang dapat dilakuakn dengan menggunakan indera manusia, seperti uji warna, bau, rasa, tekstur.
• Pengujian secara  fisik
Pengujian terhadap kualitas daging yang dapat dilakuakn dengan menggunakaninstrumen fisik, seperti pH meter, tenderometer, refraktometer, thermometer.
• Pengujian secara kimiawi
Pengujian terhadap kualitas daging yang dilakuakn untuk menentukan komposisi kimia dan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral. Selain itu juga bias digunakan untuk mengetahui adanya zat additive, misalnya penambahan hormone, bahan pengawet, serta pencemaran logam berat pada daging.
• Pengujian secara mikrobiologik
Pengujian terhadap kualitas daging yang dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah mikrobia pada daging, sebab daging merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable food). Uji mikrobiologik ini dilakukan dengan harapan supaya daging yang di jual tidak mengandung bakteri E.Coli dan Patoghen.
Pengujian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menguji keamanan dan mutu produk hewan terhadap unsur bahaya (hazards) dan cemaran.
2.2 Mutu Daging
Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen untuk memilih produk. Pada daging dan produk olahan daging, mutu daging ditentukan oleh mutu komposisi gizi (rasio antara daging non lemak dengan lemak) dan palatabilitasnya yang mencakup penampakan, tekstur (juiciness dan keempukan) dan flavor.
Secara visual, mutu daging dinilai dari warna, marbling dan daya ikat air (water holding capacity, WHC). Daging dinilai bermutu baik jika memiliki warna dan marbling yang seragam pada keseluruhan potongan daging dan dengan penampakan permukaan yang kering karena sifat WHC-nya yang baik. Keberadaan marbling tidak saja mempengaruhi penampakan tetapi juga meningkatkan juiciness, keempukan dan flavor produk olahan daging. Sementara itu, daya ikat air selain mempengaruhi penampakan juga akan mempengaruhi juiciness dari produk olahan daging.
·         Warna
Persepsi terhadap warna daging, mentah atau telah dimasak, mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih daging dan produk olahannya. Daging dengan warna menyimpang dianggap sebagai daging berkualitas rendah.
Mioglobin merupakan pigmen utama daging dan konsentrasinya akan mempengaruhi intensitas warna merah daging. Perbedaan kadar miglobin menyebabkan perbedaan intensitas warna daging. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar mioglobin adalah spesies, jenis kelamin, umur dan aktifitas fisik hewan. Hal ini menjelaskan kenapa daging sapi lebih merah dari daging babi dan daging babi lebih merah dari daging ayam; atau mengapa daging hewan jantan, hewan tua dan/atau daging paha lebih merah dari hewan betina, hewan muda dan/atau daging dada.
Warna daging juga dipengaruhi oleh kondisi penanganan dan penyimpanan. Jenis kemasan, serta suhu dan lama waktu penyimpanan bisa mempengaruhi warna daging. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan kondisi oksidasi mioglobin yang menyebabkan perubahan warna daging.
Ketika daging segar dipotong, maka warna awal yang terlihat adalah warna merah keunguan dari mioglobin. Setelah beberapa saat terpapar dengan oksigen diudara, maka permukaan daging segar tersebut akan berubah warna menjadi merah terang karena terjadinya oksigenasi mioglobin menjadi oksimioglobin. Permukaan daging yang mengalami kontak dengan udara untuk waktu lama, akan berwarna coklat, karena oksimioglobin teroksidasi menjadi metmioglobin. Walaupun perubahan warna ini normal sepanjang bau daging masih khas daging segar, tetapi mengindikasikan bahwa daging sudah agak lama terekspos dengan udara sehingga sebaiknya segera dibekukan jika tidak langsung dimasak. Jika daging berwarna coklat dan baunya tidak lagi khas daging segar, maka kondisi ini menunjukkan bahwa daging tersebut sudah disimpan di refrigerasi untuk waktu yang lama. Penyimpangan bau merupakan tanda bahwa daging sudah mulai rusak (busuk) dan hendaknya tidak dikonsumsi.
Jenis kemasan akan mempengaruhi warna daging segar. Daging tenderloin sapi, yang dikemas dalam kemasan vakum akan memiliki warna merah keunguan. Penyebabnya adalah ketiadaan oksigen didalam kemasan vakum. Jika daging dikeluarkan dari kemasan vakum dan kontak dengan udara, warna permukaan daging akan menjadi merah terang sementara bagian dalam tetap berwarna merah-keunguan karena oksigen tidak bisa berpenetrasi ke bagian dalam daging. Disini terlihat bahwa warna merah dan merah-keunguan merupakan warna alami daging segar.
Daging sapi yang digiling dan dikemas dalam wadah yang ditutup dengan film yang permeabilitas oksigennya baik, umumnya berwarna merah terang. Daging giling yang berada dibagian dalam berwarna merah-keunguan. Jika daging dibagian dalam ini dikontakkan dengan udara, maka warnanya akan berubah menjadi merah terang.
Pemasakan daging pada suhu diatas 80oC menyebabkan pigmen terdenaturasi dan warna daging berubah menjadi coklat keabuan yang merupakan warna khas daging segar yang dimasak. Pada pengolahan daging menggunakan garam nitrit (proses kuring), misalnya pada sosis dan kornet, reaksi nitrit dengan mioglobin menghasilkan nitrosomioglobin yang ketika dipanaskan (dimasak) pada suhu di atas 65oC akan menghasilkan warna merah muda yang stabil.
·         Juiciness
Juiciness atau kesan juicy produk daging dipengaruhi oleh jumlah air yang dapat dipertahankan untuk tetap berada di dalam daging setelah dimasak; dan produksi saliva (air ludah) pada saat pengunyahan. Daya ikat air (WHC) daging akan mempengaruhi seberapa besar air yang dapat dipertahankan didalam produk sementara kadar lemak marbling akan membantu merangsang pembentukan saliva.
WHC adalah kemampuan daging untuk mempertahankan kandungan air (bebas)nya pada saat mendapat tekanan dari luar, seperti proses pemanasan, penggilingan atau pengepressan. Daging dengan karakteristik WHC yang baik biasanya akan menghasilkan produk dengan karakter juiciness yang baik. Denaturasi protein daging karena penurunan pH daging beberapa waktu setelah penyembelihan, akan menyebabkan turunnya WHC daging. Akibatnya, daging tidak mampu mempertahankan air daging selama proses pemasakan dan produk yang dihasilkan akan terasa kering (airnya hilang selama pengolahan) dan hambar (komponen flavor larut air terbuang bersama air yang keluar). Proses pelayuan (aging) daging dapat meningkatkan WHC daging sehingga juicinessnya dapat ditingkatkan.
WHC dapat berubah karena pemasakan dan menyebabkan pengaruh pada juiciness produk. Peningkatan suhu pemasakan akan meningkatkan denaturasi protein sehingga WHC menurun dan karakter juicy produk juga berkurang.
Marbling adalah istilah populer untuk lemak intramuskuler. Secara visual, marbling terlihat sebagai butiran lemak putih yang tersebar diantara daging.
Juiciness meningkat ketika kadar marbling meningkat. Marbling yang meleleh pada saat pemasakan dan pelepasannya selama pengunyahan bersama-sama dengan sebagian air bebas daging akan meningkatkan sensasi jus daging. Secara tidak langsung, lemak juga berpengaruh pada juiciness dengan menghambat penguapan air daging selama pemasakan.
Dari penelitian juga disebutkan adanya korelasi antara kadar marbling dengan kelezatan (palatabilitas) daging secara keseluruhan. Jika kandungan lemak marbling kurang dari 3%, palatabilitas menurun dan daging tidak diterima konsumen. Kandungan marbling yang tinggi (lebih dari 7.3%) ternyata juga memberikan persepsi negatif terkait dengan peningkatan konsumsi lemak dan hubungannya dengan penyakit jantung koroner, kegemukan dan kanker.
·         Keempukan
Keempukan daging sangat mempengaruhi persepsi konsumen dalam menilai mutu daging. Kesan empuk melibatkan tiga aspek berikut: kemudahan penetrasi gigi ke dalam daging, kemudahan pengunyahan daging menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan jumlah residu (sisa) yang tertinggal setelah pengunyahan.
Spesies, umur dan jenis kelamin hewan akan menentukan tekstur dagingnya. Daging dengan tekstur yang halus lebih mudah empuk dibandingkan dengan yang teksturnya kasar. Inilah sebabnya mengapa daging sapi butuh waktu lebih lama untuk mengempukannya dibandingkan daging babi, domba atau ayam. Peningkatan ukuran serabut otot dengan meningkatnya umur menyebabkan tekstur daging dari hewan yang lebih tua akan menjadi lebih kasar dan keempukan akan menurun. Dari jenis kelamin secara umum diketahui bahwa daging hewan jantan memiliki tekstur yang lebih kasar dari daging hewan betina. Daging (otot) yang banyak bergerak, misalnya daging dibagian betis, akan memiliki tekstur lebih kasar dan menjadi kurang empuk jika dibandingkan dengan daging (otot) yang terletak pada bagian yang jarang digerakkan, misalnya daging dari bagian punggung. Peningkatan jumlah jaringan ikat didalam daging akan menurunkan keempukan daging sementara keberadaan lemak marbling akan meningkatkan keempukannya.
Proses pelayuan (aging) adalah salah satu cara yang umum dilakukan untuk mengempukan daging. Pelayuan dilakukan dengan menyimpan daging didalam refrigerator yang suhunya terkendali, selama 2 – 4 minggu, yang memberi kesempatan pada enzim yang ada didalam daging untuk memutus protein daging (miofibril) dan jaringan ikat sehingga daging menjadi lebih empuk. Di jasa boga, proses pengempukan daging ini dapat dilakukan dengan menambahkan enzim protease kedalam daging.
Pemasakan dapat meningkatkan atau menurunkan keempukan daging, tergantung pada suhu dan waktu pemasakan. Suhu pemasakan akan mempengaruhi kealotan protein miofibrilar sementara lama waktu pemasakan akan mempengaruhi proses pelunakan kolagen (protein didalam jaringan ikat).
Selama pemasakan, denaturasi dan pengkerutan protein miofibrilar yang terjadi pada suhu 40 – 45oC dan terus meningkat pada suhu 60oC menyebabkan kekerasan daging meningkat. Sebaliknya, protein kolagen yang ada didalam jaringan ikat akan mengalami pemecahan menjadi gelatin dan meningkatkan keempukan daging pada pemasakan diatas suhu 65oC. Oleh karena itu, untuk memperoleh daging yang empuk, perhatikan karakteristik daging yang akan dimasak. Pemasakan daging sebaiknya dilakukan pada suhu internal yang tidak terlalu tinggi, dengan waktu singkat jika daging hanya mengandung sedikit jaringan ikat dan waktu yang lebih lama jika jaringan ikat lebih tinggi.

·         Flavor
Flavor daging dihasilkan dari kombinasi berbagai komponen yang menstimulasi reseptor penciuman dan rasa yang ada di saluran mulut dan hidung. Senyawa pembentuk flavor daging terutama komponen-komponen hasil pemecahan protein (peptida dan asam amino), komponen aroma yang larut air dan gula pereduksi. Perbedaan jenis dan komposisi lemak menyebabkan adanya sedikit perbedaan flavor daging dari hewan yang berbeda pada saat daging dimasak.
Reaksi maillard yang merupakan reaksi antara protein daging terhidrolisa, peptida dan asam amino dengan gula pereduksi berperan penting dalam menghasilkan flavor daging masak. Faktor aw, pH, suhu dan waktu pemanasan akan mempengaruhi jenis dan intensitas komponen flavor daging masak yang dihasilkan. Reaksi ini berlangsung optimum pada kisaran aw 0.5 – 0.8, pH tinggi dengan suhu antara 100°C (flavor daging rebus) dan 180°C (flavor daging goreng).
Perbedaan cara memasak akan menghasilkan flavor yang berbeda. Sebagai contoh, pada daging yang dimasak dengan teknik pemasakan kering, flavor hanya terbentuk di bagian permukaan daging sementara teknik pemasakan basah memungkinkan reaksi pembentukan flavor berlangsung sampai ke bagian dalam daging. Keberadaan komponen lain selama proses pengasapan dan kuring daging juga akan menghasilkan produk daging dengan flavor yang khas.
Lemak marbling juga berpengaruh terhadap flavor. Daging dengan marbling rendah selain terlihat kering juga memiliki flavor yang lebih lemah daripada daging dengan marbling yang lebih banyak. Penelitian menunjukkan bahwa 8 – 9% lemak marbling didalam steak akan menghasilkan flavor yang baik sementara peningkatan lemak diatas 9% akan memberikan citarasa berminyak.
Adapun cara membedakan macam-macam daging ternak sesuai uji fisik dagingnya antara lain:
1.    Daging sapi muda : warna merah pucat, serabut halus, konsistensi lembek, bau dan rasa beda dengan daging sapi dewasa,
2.    Sapi dewasa : warna lebih merah, berserabut halus, konsistensi liat, bau dan rasa khas sapi.
3.    Domba : warna merah muda, banyak lemak diotot, serabut halus, bau khas domba.
4.    Babi : warna pucat merah muda, otot punggung mengandung lemak kelabu putih, serabut halus, konsistensi padat, bau khas babi.
5.    Kuda : merah kehitaman, serabut panjang, tidak ada lemak dalam serabut, bau manis(banyak glikogen), serta lemak kuning emas.
6.    Ayam : warna putih pucat, bagian dada-paha kenyal, bau amis khas daging ayam.
Kualitas daging yang baik ditentukan oleh marbling yang merata diantara serabut daging, keempukan tekstur, serta warna dan cita rasa yang tergantung spesies ternak masing-masing. Sedangkan daging yang buruk kualitasnya berasal dari ternak sakit dan ternak dalam kondisi pengobatan
.



BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
                Usaha temak sapi yang dipelihara pada sistim usahatani sayuran di lahan gambut memberikan sumbangan pendapatan sebesar Rp 920.000/2 ekor/8 bulan/KK (11,3%), ayam buras kontribusinya lebih rendah yaitu hanya Rp 172.000/10 ekor/tahun/KK (2,1%). Sedangkan sumbangan pendapatan terbesar berasal dari usahatani jagung dan sayuran yaitu Rp 7.051 .980/0,7 5 ha/ musimtanam/KK (86,6%.)   Sementara hasil kesimpulan dari hasil ternak
       1.   Pengujian kualitas daging dapat berupa: pengujian secara organoleptik, pengujian secara  fisik, pengujian secara mikrobiologik, pengujian secara kimiawi
2.    Secara visual, mutu daging dinilai dari warna, marbling dan daya ikat air (water holding capacity, WHC). Daging dinilai bermutu baik jika memiliki warna dan marbling yang seragam pada keseluruhan potongan daging dan dengan penampakan permukaan yang kering karena sifat WHC-nya yang baik.
3.    Warna, Juiciness, Keempukan, Flavor.
4.    Adapun cara membedakan macam-macam daging ternak sesuai uji fisik dagingnya antara lain:
·         Daging sapi muda : warna merah pucat, serabut halus, konsistensi lembek, bau dan rasa beda dengan daging sapi dewasa,
·         Sapi dewasa : warna lebih merah, berserabut halus, konsistensi liat, bau dan rasa khas sapi.
·         Domba : warna merah muda, banyak lemak diotot, serabut halus, bau khas domba.
·         Babi : warna pucat merah muda, otot punggung mengandung lemak kelabu putih, serabut halus, konsistensi padat, bau khas babi.
·         Kuda : merah kehitaman, serabut panjang, tidak ada lemak dalam serabut, bau manis(banyak glikogen), serta lemak kuning emas.
·         Ayam : warna putih pucat, bagian dada-paha kenyal, bau amis khas daging ayam.

2.      Saran dan keritik
Kami mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam penyusunan makalah ini. Atas ketidaksempurnaan dari makalah yang kami buat ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah yang kami buat, sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan benar. Terimakasih
















DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak,Diana.2012, MAKALAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK, Alumni
            padjadjaran University

Widjaja ,Ermin dan Firmansyah
Anang.2012, KONTRIBUSI TERNAK DALAM SISTIM USAHATANI DI LAHAN GAMBUT, Palangka raya.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo